PENERAPAN MODEL THINK PAIR AND SHARE TERHADAP PENINGKATAN UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA SMA 1 MATTIROBULU
Oleh
Kartini kadir
106704048
Pendidikan Sosiologi
a.
Identifikasi Masalah
1.
Dalam pembelajaran
guru menggunakan metode ceramah tanpa variasi metode lain.
Penyebab
rendahnya hasil belajar siswa adalah cara mengajar guru yang hanya menggunakan
metode ceramah, membuat siswa bosan dan tidak semangat dalam belajar. Di dalam
kegiatan pembelajaran guru tidak melakukan apersepsi, guru tidak menyampaikan
kompetensi yang ingin dicapai. Guru juga belum menerapkan model-model
pembelajaran, sehingga proses pembelajaran kurang aktif. Ini yang menyebabkan
rendahnya prestasi belajar siswa karena kurangnya aktivitas siswa dalam
belajar.
Hal
ini dapat berdampak negatif bagi siswa, siswa menjadi bosan dan jenuh dalam
belajar, siswa menjadi malas belajar, proses belajar mengajar menjadi monoton,
siswa sibuk sendiri tanpa memperhatikan pelajaran yang sedang diajarkan serta
tujuan pembelajaran yang diinginkan tidak berjalan dengan baik,ini dikarenakan
guru kurang memahami betul model-model pembelajaran.
2.
Pembelajaran Sosiologi
masih ditekankan pada kemampuan menghafal materi, sementara ranah afektif
(sikap) belum mendapat perhatian dari guru.
3.
Siswa cenderung bosan
pada saat pembelajaran berlangsung.
Sosiologi
yang termasuk dalam ilmu sosial ternyata dianggap membosankan oleh sebagian
siswa karena sajiannya yang monoton dan terlalu abstrak. Adapun untuk
menguasainya dibutuhkan kemampuan menghafal yang tinggi. Stereotif yang
tidak menyenangkan ini terbentuk sebagai akibat masa lampau (pengajaran
konvensional) yang dalam penyajiannya tidak relevan dengan konteks sosial
siswa.
4.
Pada saat pembelajaran
berlangsung banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru.
Situasi
dan kondisi belajar yang tidak nyaman dan kurang variatif seperti penggunaan
metode ceramah yang kerap digunakan guru, minimnya penggunaan media, dan
lain-lain juga semakin memperparah keadaan. Para guru cenderung menggunakan
model konvensional, yang paling umum diterapkan di sekolah. Rasa tidak suka
yang dimiliki oleh peserta didik secara otomatis menyebabkan motivasi belajar
menurun dan mengakibatkan kesulitan untuk memahami Sosiologi semakin bertambah.
Jika diadakan evaluasi para siswa tidak mengerti, sehingga pada akhirnya
peserta didik menyimpulkan bahwa mata pelajaran Sosiologi sulit dan
menjenuhkan.
b.
Memfokuskan Masalah
Berdasarkan hasil
masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran yang menjadi objek penelitian
yang berfokus pada rendahnya minat belajar siswa karena guru yang kurang
variatif terhadap pembelajaran yang dilakukan karena hanya menggunakan metode
ceramah yang dianggap siswa membosankan. Untuk itu, guru diharapkan mampu
memberikan sesuatu yang baru terhadap siswa agar dalam proses pembelajaran
tetap berjalan. Selain itu, menerapkan pembelajaran yang menarik dan tidak
membosankan dapat meningkatkan gairah
belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran think pair and share.
c.
Memprioritaskan masalah
Guru yang kreatif senantiasa mencari pendekatan baru dalam
memecahkan masalah, tidak terpaku pada cara tertentu yang datar, melainkan memilih
variasi lain yang sesuai dengan tingkat kecerdasan siswa yang berbeda. Kesiapan
mengajar guru ditentukan oleh kemampuan dan kemauan guru. Berdasarkan hal
tersebut, maka permasalahan yang muncul adalah bagaimana guru dapat menciptakan
suatu proses pengajaran yang dinamis. Pembelajaran yang melibatkan peran siswa
secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar bukannya hanya menggunakan metode
ceramah yang membosankan. Pembelajaran tersebut juga harus mampu meningkatkan
pemahaman siswa pada materi yang dibawakan guru.
Masalah yang dijelaskan diatas lebih diprorioritaskan pada
peningkatan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran. Dengan memberikan
inovasi terhadap pembelajaran maka dapat meningkatkan minat siswa berkomunikasi
dengan siswa lainnya pada penggunaan model Think Pair and Share melalui model
yang dapat mengaktifkan semua siswa.
d.
Menganalisis Masalah dan Penyebab Masalah
Dari
masalah diatas hal-hal yang perlu dianalisis dalam proses pembelajaran yaitu
minat belajar siswa dan strategi–strategi yang digunakan untuk meningkatkan
minat belajar. Dengan metode-metode yang kondusif yang digunakan guru dapat meningkatkan
minat belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan prestasi yang diperolehnya melalui hasil
belajar yang memuaskan.
Minat
belajar dapat diperoleh siswa melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang
dilakukan guru. Kemampuan guru dalam mengajar diharapkan mampu meningkatkan
minat belajar siswa.
Strategi
untuk meningkatkan minat belajar siswa diantaranya :
·
Memberikan motivasi
kepada siswa untuk belajar
·
Memberikan
imbalan/hadiah kepada siswa yang berprestasi agar mempertahankan prestasi siswa
·
Memberikan Pujian
kepada siswa untuk meningkatkan gairah belajar siswa
·
Menggunakan metode
yang bervariasi sehingga proses pembelajaran tidak jenuh/membosankan.
Sedangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran yaitu :
·
Faktor Siswa
Siswa
dalam proses pembelajaran biasanya kurang serius dikarenakan suasana yang
membosankan atau metode yang digunakan guru hanya berfokus pada satu bentuk,
misalnya metode ceramah.
·
Faktor Guru
Dalam proses pembelajaran guru tidak hanya berperan sebagai
teladan bagi siswa tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran. Efektifitas
pembelajaran ditentukan oleh kualitas kemampuan guru (Wina Sanjaya, 2006: 20).
Kegagalan guru dalam mengkonstruksi dan mengelola pembelajaran akan
mengakibatkan ketidakberhasilan bagi peserta didik. Selain peserta didik
kehilangan minat dan perhatian dalam pembelajaran itu, mereka juga kehilangan
motivasi untuk belajar.
·
Faktor Sarana dan
Prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah akan
mendukung proses belajar mengajar. Demikian
juga sebaliknya jika sarana dan prasarana tidak memadai maka akan menghambat
proses belajar mengajar. Guru dan pihak sekolah harus tetap memperhatikan
komponen sarana dan prasarana untuk menunjang pembelajaran yang efektif.
·
Faktor Lingkungan
Lingkungan
disekitar sekolah kurang mendukung sehingga mengganggu proses pembelajaran
dikelas.Oleh karena itu siswa tidak dapat menerima pembelajaran dengan baik.
e.
Alternatif Penyelesaian Masalah
Melihat
dari permasalahan di atas, solusi yang dapat ditempuh yakni mencari pendekatan
pembelajaran efektif yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Salah
satu pendekatan yang relevan dan dianggap efektif yaitu dengan model pembelajaran
Think Pair and Share.
Model
Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang
dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih
bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat
orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran.
Langkah-Langkah Pembelajaran
a.
Guru menyampaikan inti
materi
b.
Siswa berdiskusi
dengan teman sebelahnya tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
c.
Guru memimpin pleno
dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
d.
Atas dasar hasil
diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan yang belum
diungkap siswa
e.
Kesimpulan
Think
Pair Share (TPS) merupakan suatu teknik sederhana dengan keuntungan besar.
Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu
informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling
menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
Selain itu, Think Pair Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan
semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. Think Pair
Share (TPS) sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
3 tahapan, yaitu thinking, pairing, dan sharing. Guru tidak lagi sebagai
satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa
dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student
oriented).
Langkah-langkah
dalam pembelajaran Think-Pair-Share sederhana, namun penting trutama dalam
menghindari kesalahan-kesalahan kerja kelompok (http: // home.
att-net/_clnetwork/think ps.htm). Dalam model ini, guru meminta siswa untuk
memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikannya,
kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Tahap utama dalam pembelajaran
Think-Pair-Share menurut Ibrahim (2000: 26-27) adalah sebagai berikut:
Tahap 1 : Thingking (berpikir)
Guru
mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian
siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri
untuk beberapa saat.
Tahap 2 : Pairing
Tahap 2 : Pairing
Guru
meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah
dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok
membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban
yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik. Biasanya guru
memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Tahap 3 : Sharing (berbagi)
Pada
tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas
tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh
kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia
melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan
hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Kegiatan
“berpikir-berpasaangan-berbagi” dalam model Think-Pair-Share
memberikan keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time), Sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat.
memberikan keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time), Sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat.
Dengan Demikian, Dapat Disimpulkan
Dari Masalah Yang Dihadapi Guru Sosiologi Maka Diangkat Judul Ptk yaitu:
“Penerapan Model Think Pair And Share Terhadap Peningkatan Upaya
Meningkatkan Minat Belajar Siswa Sma 1 Mattirobulu”.