Pengajaran proyek
ABSTRAK
Bapak dari pengajaran proyek atau metode soal maupun
masalah ini adalah seorang sarjana dari Amerika bernama John Dewey. John Dewey
yang menanam benih-benihnya, tetapi yang menumbuhkan dasar-dasar itu menjadi
suatu sistem pengajaran proyek atau metode soal (problem) itu adalah
W.H.Kilpatrick, salah seorang pengikutnya. Ia mengatakan bahwa filsafat dan
pendidikan itu tidak dapat dipisahkan dan filsafat merupakan teori dari
pendidikan. Dasar pokok dari filsafatnya ialah teori evolusi dari Darwin.
Dewey amat
menghargai pengalaman, karena pengalaman itu pada umumnya amat penting untuk
perjuangan hidup orang dan dapat menghubungkan orang dengan dunia yang telah
selam dan dengan dunia yang datang. Penghubungan dunia sekarang dengan dunia
yang telah selam dan yang akan datang menggunakan alat penghubung yang lain
lagi yaitu bahasa.
PENDAHULUAN
Pengajaran proyek adalah salah satu
buku yang ditulis oleh Soejono,
yang berjudul Aliran-aliran baru pendidikan, diterbitkan
oleh Djambatan di Jakarta pada tahun 1958 dan terdiri dari 174
halaman. Pada pembagian tugas mata
kuliah pendidikan multikultural kali ini, saya diberi kesempatan untuk membuat
makalah dan pokok pembahasannya berkaitan dengan metode pusat perhatian yang berada pada halaman 103 dari 174
halaman pada buku tersebut.
Pengajaran proyek merupakan salah
satu bentuk pengajaran yang mengajarkan
cara mendidik agar anak lebih berfikir aktif. Disamping itu dalam pembahasan
ini kita akan menjumpai suatu pengajaran yang membahas tentang sekolah lama.
Suatu pengajaran yang berusaha untuk
memberitahuan akan pentingnya suatu pendidikan itu sendiri, pendidikan yang
dapat memanusiakan manusia untuk menjauhkan anak-anak sekarang dari kebodohan
dan kejahatan. Pendidikan yang dapat menjadikan manusia lebih baik lagi dan pendidikan
yang dapat menambah pengetahuan.
Seringkali suatu pengetahuan hanya
dianggap sebagai jalan menuju kesuksesan mendatang, padahal suatu pengetahuan
yang dilandasasi dengan pendidikan akan memanusiakan manusia. Karena didalam
suatu pendidikan seseorang itu dapat menjadikan dirinya lebih baik lagi. Oleh
karena itu, dalam materi ini kita akan membahasan sesuatu yang dapat membuat
tempat diadakannya pendidikan atau yang biasa disebut dengan sekolah agar
menjadi tempat penimbah ilmu yang benar-benar baik untuk anak mendapatkan suatu pendidikan.
Dalam pengajaran proyek ini kita akan
meninjau lebih dalam lagi atau menyelidiki tentang :
a.
Bagaimana
caranya meletakkan hubungan yang erat antara sekolah dan lingkungan rumah ?
b.
Bagaimana
cara menghubungkan sejarah, pengetahuan dan kesenian dengan hidup anak-anak ?
c.
Bagaimana
caranya mengajarkan bentuk permulaan
seperti membaca, menulis dan menghitung dengan bahan yang menarik sesuai dengan
hidup anak-anak? Bagaimana cara membangkitkan perhatian ?
PEMBAHASAN
PENGAJARAN
PROYEK
John Dewel
1859-1952
|
Ia dilahirkan dalam tahun 1859 di Burlington di Amerika
sebagai seorang pemegang toko. Sesudah mendapatkan diploma ujian kandidat, ia 2
tahun menjadi guru (1879). Tiga tahun kemudian ia menjadi mahasiswa lagi dan
mendapat gelar Doktor dalam filsafat (1884). Maka ia diangkat menjadi dosen,
lalu asisten profesor dan kemudian profesor di Michigan. Sebagai profesor dalam
filsafat di Chicago, ia memimpin juga bagian pedagogik dan mendirikan suatu sekolah percobaan
untuk menguji dan mempraktekkan
teori-teorinya. Begitulah sekolah rendah yang digabungkan pada universitasnya
itu bukannya suatu sekolah contoh melainkan sekolah percobaan.
“University Elementaire-School”, nama
sekolah menjadi diseluruh dunia. Disekolah ini ia
menjadikan sang anak pokok perhatian dalam pengajaran dan pengajaran, bukannya
mata pengajaran. Ia menyelidiki:
d.
Bagaimana
caranya meletakkan hubungan yang erat antara sekolah dan lingkungan rumah ?
e.
Bagaimana
cara menghubungkan sejarah, pengetahuan dan kesenian dengan hidup anak-anak ?
f.
Bagaimana
caranya mengajarkan vak-vak permulaan
seperti membaca, menulis dan menghitung dengan bahan yang menarik sesuai dengan
hidup anak-anak. (Pada permulaan ia menghapuskan pelajaran ini, tetapi proses
dari orang tua murid memaksanya untuk memasukkan pelajaran itu kedalam sekolahnya
lagi)?
g.
Bagaimana
cara membangkitkan perhatian ?
Sepuluh tahun ia bekerja keras pada universitas ini dan
mengumpulkan serta mendidik orang-orang yang akan meneruskan cita-citanya.
Dalam tahun 1904 sampai 1931 ia bekerja pada universitas
Columbia di New York. Kecuali memberikan kuliah filsafat ia memberikan pedagogik kepada akademi guru. Disini
diciptakanlah buku-bukunya yang tersohor. Dari 30 buku ciptaannya
kita sebut:
a.
Democracy
and Education.
b.
How
we think.
Buku lainnya kita sebut : My paedagogical Creed
(pendirian), School and Sciety.
Ia mengundang dan melawat keberbagai negara : Jepang, Tiongkok, Turki, Mexico, Rusia dan
Inggris. Dari pelawatannya ini
perlu dicatat, bahwa ia di Rusia menemui sistem sekolah yang banyak miripnya
dengan cita-citanya. Tulisannya yang mengandung simpati terhadap sekolah di
Rusia ini mengakibatkan ia dicap sebagai seorang komunis. Untuk mengelakkan
tuduhan ini ia mengeluarkan pendapatnya dalam karangan “Revolusi yang
mempergunakan diktatur dan paksaan
tak satupun yang dapat mencapai tujuannya yang sebaik-baiknya”, dan mengatakan
kebenciannya kepada facisme dan komunisme.
Dalam usia 93 Dr. John Dewey meninggal dunia pada tahun
1952.
PANDANGAN HIDUP (FILSAFAT) DEWEY
|
Agar dapat memahami pendiriannya mengenai pendidikan dan
pengajaran, perlulah sedikit dibentangkan dulu tentang dasar-dasar pokok dari
pandangannya mengenai beberapa ilmu.
Pertama-tama yang mengenai filsafatnya, ia mengatakan
bahwa filsafat dan pendidikan itu tidak dapat dipisahkan dan filsafat merupakan
teori dari pendidikan. Dasar pokok dari filsafatnya ialah teori evolusi dari
Darwin. Dalam tahun lahir Dewer buku Ch.Darwin diterbitkan: Original of Species. Dalam pokoknya teori evolusi itu
mengajarkan bahwa hidup didalam dunia ini merupakan suatu proses, yang dimulai
dari tingkat terendah dan selalu maju serta meningkat. Begitulah hidup itu
dinamis tidak statis.
Dewer menarik kesimpulan: Dimana letak puncak kemajuan
ini tidak dapat diketahui terlebih dahulu. Itu terletak dikemudian hari, yang
gelap bagi kita, dan bergantung kepada kemajuan masyarakat tiap-tiap masa. Maka tiap orang
sebagai unsur dari masyarakat dan sebagai suatu mata rantai antara satu masa
kemasa yang lain, wajiblah ikut bekerja untuk kemajuan masyarakatnya. Begitulah
kemajuan masyarakat itu adalah hasil usaha atau kebudayaan manusia yang hanya
dapat dicapai dengan kerjasama.
Kerja-Pengalaman-Fikir
|
Begitulah berfikir itu tidak lain dari
pada reaksi atau perangsang dari luar yaitu kesulitan. Dengan ini dijelaskan
bahwa dasar ilmu jiwa dari Deweritu behaviorisme, yang mengatakan bahwa tiap
kegiatan jiwa itu adalah akibat perangsang dari luar.
Ternyata bahwa berbuat atau bekerja
itu sebagian dari proses dalam evolusi. Dan barang siapa tidak dapat mengatasi
kesulitan atau dengan kata lain tidak dapat menyesuaikan diri dengan alamnya,
jadi kalah didalam perjuangan untuk
hidup, (the strugglefor life) akan tenggelam atau lenyap dari masyarakat. Ia
diseleksi oleh alam dan tinggallah yang kuat, artinya yang dapat menyesuaikan diri
dengan alamnya. (the survival of fittest)
Dengan bekerja orang mendapat
pengalaman atau pengetahuan. Pengetahuan menimbulkan pengertian mengenai benda-benda
yang berguna untuk mencapai tujuan kita. Pengetahuan alam (ilmu alam) alam
dihargai Dewey.
Dewey amat menghargai pengalaman,
karena pengalaman itu pada umumnya amat penting untuk perjuangan hidup orang
dan dapat menghubungkan orang dengan dunia yang telah selam dan dengan dunia
yang datang. Penghubungan dunia sekarang dengan dunia yang telah selam dan yang
akan datang menggunakan alat penghubung yang lain lagi yaitu bahasa.
Pengalaman orang-orang dari dunia yang
selam dapat kita miliki dengan bahasa tertulis, kepada orang dari sekitar kita, kita
menceritakan pengalaman kita hingga kita dapat bergaul dan hidup bersama dan
kepada generasi yang akan datang pengalaman kita, kita tulis dalam buku.
(Kulturubertragung atau pemindahan
kebudayaan).
Begitulah pengalaman itu merupakan
pengetahuan. Pengetahuan meliputi berbagai lapangan : politik, sosial,
kesusilaan, intelektual. Dewey amat mementingkan pengetahuan intelektual,
tetapi yang berisi dan praktis, bukannya intelektualisme dengan verbalismenya.
Pengetahuan intelektual itu dapat dicapai dengan berfikir. Fikir adalah suatu
faktor yang terpenting dalam perhubungan manusia dan dalam kemajuan kebudayaan.
Fikir sebagai daya jiwa yang bekerja
dengan tujuan untuk memecahkan suatu kesulitan adalah suatu alat untuk
menentukan perbuatan kita agar berhasil dan untuk menghindari kesalahan. Dalam
bukunya “How we think”, ia mengatakan bahwa pangkal jalan fikir adalah suatu
keadaan yang menimbulkan ragu-ragu dan timbul hasrat untuk menghilangkan
keraguan atau kesulitan-kesulitan itu. Dalam jalan atau proses berfikir ini
Dewey membedakan 5 langkah :
1.
Orang
melihat adanya kesulitan yang menimbulkan keraguan.
2.
Ia
menyelidiki dan menguraikan kesulitan-kesulitan itu dan menentukan kesulitan-kesulitan
itu dan menentukan kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
3.
Ia
menghubung-hubungkan dan mengumpulkan berbagai kemungkinan untuk memecahkan
kesulitan itu. Dalam hal ini, ia dipimpin oleh pengalamannya.
4.
Ia
menimbang-nimbang kemungkinan itu dengan akibatnya masing-masing.
5.
Ia
mencoba mempraktekkan kemungkinan pemerintah yang dipandangnya terbaik dan
hasilnya akan menunjukkan betul atau tidaknya pemecahan soal itu.
Kesusilaan atau
moral
|
Dasar
yang dipakai Dewey untuk kesusilaan ialah teori pragmatisme. Teori itu
mengajarkan bahwa segala sesuatu dilihat dari hasilnya dan dinilai menurut manfaatnya
didalam masyarakat. Suatu pengetahuan adalah baik, jika itu memajukan
masyarakat dan jelek jika itu menghambat kemajuan masyarakat. Suatu perbuatan
adalah luhur jika itu memberikan hasil yang baik didalam pergaulan hidup, hina
jika akibat jelek untuk pergaulan hidup. Pengalaman dari perbuatannya yang
lampau menilai luhur maupun hinanya suatu perbuatan yang ia hadapi.
Teranglah bahwa Dewey dalam hubungan seseorang dan
masyarakat mengutamakan pergaulan hidup dan masyarakat. Ia berkata bahwa
seseorang hanya mempunyai arti dalam hubungan masyarakat, sedangkan diluar dari
masyarakat tidak akan ada artinya.
Dewey tidak menghendaki adanya norma atau kaidah-kaidah
yang tetap dan yang terlebih dahulu ditentukan oleh sejarah atau agama karena
ia tidak turut campur tangan pada waktu pembuatannya. Kaidah-kaidah harus
timbul dari masyarakat sendiri dan selalu berubah, berganti sesuai dengan
keadaan masyarakat yang senantiasa mengalami proses dan pergantian dari suatu
zaman kezaman yang lain. Juga tujuan hidup yang erat hubungannya dengan
kaidah-kaidah itu selalu berubah dan berganti menurut masanya. “Tidak ada sesuatu
yang tetap”, kata Dewey. Kaidah-kaidah harus ditinjau secara objektif, teliti,
jujur seperti dalam laboraturium.
Ilmu jiwa anak-anak
|
ASAS-ASAS
UNTUK PENDIDIKAN DAN SEKOLAH
|
Pendidikan
disekolah
|
Dengan
sangat keras ia mengeluarkan kritik-kritik terhadap sekolah lama. Kritik-kritik
itu kita singkatlah sebagai berikut :
A. Bahan pengajaran
a.
Disekolah
kuno terdapat banyak mata pelajaran yang diajarkan, karena tujuan sekolah lama
ialah agar para siswa kelak dapat menduduki jabatan intelektual.
Itu
tidak sesuai dengan kenyataan, sebab hanya sebagian kecil sarjana yang akan
memenuhi tujuan itu. Begitulah tidak boleh kebutuhan golongan yang terbesar
dikalahkan oleh kebutuhan golongan yang kecil. Maka perlulah mata pelajaran
yang banyak jumlahnya dan menimbulkan pendidikan intelektualistis dikurangi
banyak-banyak dan diganti dengan pengajaran bekerja. Tidak hanya dengan
berhitung orang dididik berfikir, melainkan juga dengan pekerjaan tangan apapun
juga, pendirian Dewey.
b.
Pengetahuan
yang diberikan kepada murid-murid merupakan pengetahuan yang sudah di siapkan
terlebih dahulu oleh orang dewasa, hingga anak tinggal mendengarkan, percaya
dan menghafalnya saja. Itu tidak ada gunanya, anak harus mengalami proses
berfikir sendiri dari permulaan hingga akhir, secara tingkat kemajuannya
sendiri dan sebaiknya janganlah guru berfikir untuknya.
c.
Bahan
pengajaran diberikan secara terpisah-pisah, tidak ada hubungan satu sama lain.
Pengalaman yang didapat anak disekolah tidak dapat juga dipergunakan diluar
sekolah didalam masyarakat anak. Begitulah pengajaran teori dan praktek
terpisah-pisah. Dalam pengajaran teori Dewey mengutamakan ilmu alam, ilmu bumi
dan ilmu sejarah. Perpecahan antara bahan-bahan pengajaran dari bermacam-macam
mata pengajaran dan perpecahan antara pengalaman sekolah dan diluar sekolah
harus dipersatukan, hingga segalanya menjadi satu kebulatan atau keseluruhan
dengan mengambil satu masalah menjadi pusat segala pekerjaan anak. Masalah yang
dijadikan pusat itu sebaiknya hal-hal yang menarik perhatian anak. Pada umumnya
segala sesuatu yang ada hubungannya dengan insting anak menarik perhatian anak.
Dewey
mengenal 4 macam insting yaitu :
1.
Insting
sosial
Yang
dimaksud dengan insting sosial ialah keinginan anak untuk mengadakan hubungan
dengan orang-orang sekitarnya. Ini dapat kami lihat pada waktu anak bermain. Mereka
bermain bersama-sama. Jika tidak ada teman maka anak susah. Alat permainan saja
belum cukup untuk anak, ia masih memerlukan teman untuk bermain bersama. Frobel
malahan mengatakan bahwa teman adalah permainan yang terbaik. Kecuali alat
permainan dan juga bermacam-macam permainan sendiri, masih ada satu alat
penghubung sosial yang lain, yang dipergunakan dalam pergaulan, yaitu : bahasa.
Sudah dikatakan bahwa bahasa itu tidak hanya suatu alat penghubungan dalam
pergaulan semasa anak hidup, tetapi juga penghubung dengan generasi yang lampau
dan generasi yang akan datang. Berhubung dengan insting sosial itu perlulah
anak diberi banyak kesempatan untuk bekerja bersama.
2.
Insting
membentuk atau membangun
Insting
membentuk atau membangun dapat kita lihat juga pada waktu anak-anak bermain.
Mereka membuat kolam, jembatan, rumah, roti dsb dengan bahan yang tidak
berbentuk : pasir, tanah, kayu, air dsb. Anak bersama-sama membuat
rumah-rumahan, lautan dan sebagainya untuk kemudian dirusak dan akhirnya
dibangun lagi. Ia berpendirian dengan Frobel.
3.
Insting
menyelidiki
Bukti
adanya insting menyelidiki ialah bahwa anak itu suka merusak segala sesuatu
yang ia pegang. Mainan yang dibelikan orang tua untuknya sembbentar saja rusak,
karena anak ingin mengetahui apa sebabnya mobilnya bisa berjalan, apakah isi
perahunya dan apakah bonekanya juga bisa berdarah seperti manusia dsb.
4.
Insting
kesenian
Insting
kesenian adalah kelanjutan dari insting membangun. Anak ingin menghias hasil
buatannya hingga sesuatu itu menjadi
lebih baik dipandang mata. Rumah-rumahan yang baru saja selesai tidak
ditingalkan begitu saja tetapi dihias dengan bermacam-macam alat seperti
bendera, daun-daun, bunga-bunga, tanaman, gambar dan lain-lain.
Kesukaan
anak untuk menari, menyanyi dan menggambar dengan mewarna merupakan bukti bahwa
pada anak itu ada insting kesenian.
B. Guru dan cara mengajar
Disekolah lama gurulah yang menentukan segala sesuatu
(guru sentris). Gurulah yang memaksakan bahan-bahan pengajaran kepada anak,
Guru yang berfikir untuk anak dan guru jugalah yang senantiasa aktif. Dengan
cara mengajar seperti itu tidak mungkin anak mempunyai perhatian yang spontan atau
minat langsung. Yang ada hanya perhatian paksaan yaitu anak terpaksa
memperhatikan karena guru menakuti anak tersebut dengan bermacam-macam hukuman.
Menurut Dewey tidak perlu adanya minat paksaan sebab kecuali minat langsung
dapat juga pada anak itu ditimbulkan minat tidak langsung. Umpamanya : anak
mempunyai minat langsung untuk ilmu alam
tetapi untuk dapat memiliki itu sebaik-baiknya perlulah ia dapat berhitung,
suatu vak yang ia tidak sukai. Guru dapat membangkitkan semangat anak
untuk berhitung dengan menginsyafkan dia bahwa berhitung itu penting untuk ilmu
alam. Maka bagaimanapun sukarnya berhitung itu demi kepentingan alam yang ia
sukai, ia harus mempelajari berhitung dengan baik.
Guru sekolah seharusnya hanya sebagai penunjuk jalan
saja, pengamatan tingkah laku anak untuk dapat mengerti apakah yang menarik
minat anak, seperti Montessori. Dan dengan pengamatannya itu ia dapat
menentukan masalah-masalah yang akan dijadikan pusat perhatian anak.
Masalah-masalah dapat juga dihubungkan dengan perkembangan anak dan telah
dikatakan bahwa Dewey memakai dasar perkembangan menurut teori ulangan atau
rekapitulasi.
Maka sebagai suatu masalah dapat dipakai : sennapan,
pelinteng, jagung, sapi, jembatan dan masih banyak lagi. Dalam menguraikan
masalah-masalah itu harus selalu diingat 4 macam minat anak yang telah kita
sebut diatas.
C.
Murid
dan cara belajar
Diseolah lama murid-murid hanya mendengar “It is all made
for listening!” kata Dewey. Sekolah lama yang dinamakan sekolah duduk, sekolah
dengar, sekolah pasif, sekolah percaya juga sekolah buku, karena anak dipaksa
mengambil hal yang dituturkan dan lengkap difikirkan untuknya dalam buku.
Disitu murid tidak mendapat kebebasan, tidak ada
kesempatan untuk mengeluarkan sesuatu dengan spontan. Perbuatan dengan fikiran
murid tergantung kepada orang lain lisan maupun tertulis. Segala sesuatu
terletak diluar minat anak. Kelas merupakan suatu kelompok manusia yang pasif.
Sekolah tidak seharusnya begitu. Anak harus bekerja
bersama, menyelidiki dan mengamati sendiri, berfikir dan menarik kesimpulan
sendiri, membangun dan menghiasi sendiri sesuai dengan insting-insting yang ada
padanya. Dengan jalan ini anak belajar sambil bekerja dan bekerja sambil
belajar. Inilah makna istilah : Learning by doing.
Begitulah anak haurs dididik kecerdasannya, agar pada
anak itu timbul hasrat untuk menyelidiki secara teratur dan akhirnya dapat
berfikir secara keilmuan atau logis. Yang terpenting adalah jalan piiran,
bukannya hal yang dipikirkan. Jadi pendidikan fikir yang diberikan haruslah
pendidkan kecerdasan formal. Kesalahan-kesalahan yang mereka alami haruslah
diinsyafi dan dijadikan suatu pengalaman yang negatif. Begitulah pengalaman
positif maupun negatif berguna semuanya.
D. Penyelenggaraan sekolah
Alat-alat dan peraturan-peraturan yang ada disekolah lama
seakan-akan memaksa anak untuk pasif dan perbuatan disekolah berlangsung kaku,
tidak memberikan kebebasan bekerja. Bentuk bangku gedung, gedung, rencana
pelajaran dan jalan pelajaran, semuanya tidak memberikan kebebasan kepada anak
maupun guru. Karena sekolah terpisah dari rumah, alam sekitar, perindustrian
dan perdagangan. Tidak ada kesempatan untuk mengadakan penyelidikan dan
percobaan. Jumlah mata pelajaran terlalu banyak dan dalam kelas terlalu banyak
murid.
Sekolah-kerja harus menyelenggarakan sekolahnya agar anak
dapat bekerja dengan bebas dan spontan. Harus tidak terpisah teori dalam
sekolah dan praktek diluar sekolah. Maka mata pengajaran harus berguna dan ada
hubungannya dengan kehidupan anak.
Antara bermacam-macam sekolah dari sekolah rendah sampai
sekolah tinggi harus ada suatu organisasi yang sama.
Tetapi terus terang Dewey mengakui bahwa ia tidak mampu
untuk mempraktekkan teori-teorinya itudan menyerahkan kepada orng lain yang
ahli dalam hal ini. Maka ahli itu harus selalu mengingatkan akan dasar-dasar
sekolah kerja yang telah kita ketahui. Teranglah bahwa sekolah Dewey berbeda
dengan sekolah lama dalam hal :
a.
Bahan
pengajaran
b.
Cara
mengajar
c.
Cara
murid belajar
d.
Pendidikan sosial dan kesusilaan
|
Sekolah tidak hanya dipentingkan pendidikan
kecerdasan, tetapi juga pendidikan sosial dan kesusilaan. Pendidikan
kemasyarakatan dan pendidikan kesusilaan menurut Dewey amat erat hubungannya,
bahkan sesuai dengan filsafatnya kedua pendidikan itu sama, karena
kaidah-kaidah kesusilaan yang diambilnya dari masyarakat untuk kepentingan
masyarakat. Ia memdidik dengan semboyang : untuk dan oleh masyarakat. Kita
sudah tahu bahwa ia tidak banyak menghargai kaidah yang disiapkan, terlebih
dulu bersifat tetap,dan kemudian dipaksakan.
Disekolah lama ada juga tujuan mendidik untuk masyarakat,
tetapi bahan-bahan yang di berikan oleh guru terlalu tinggi karena diambil dari
masyarakat orang dewasa, dimana anak kelak hidup. Tidak begitu maksud Dewey.
Masyarakat kita adalah sudah terlalu tinggi untuk anak. Tudak anak memahami
masyarakat kota, karena teknik sudah begitu jauhdari alam anak. Sekolah kerja
harus dapat menjanjikan itu kapada anak daambentuk sederhana. Ini mungkin
sekali karena Dewey mamakai dasar teori rekapitulasi : jadi guru menjanjikan
bahan untuk menyuruh murid mengalami segala segala sesuatu mulai tingkat yang
rendah.
Sekolah itu sendiri harus merupakan suatu masyarakat
kanak-kanak yang sesuai dengan tingkat kemajuan anak dan dengan jalan itu
masuklah hidup yang sesungguhnya kedalam rangan sekolah kerja. Dengan itu anak
mendapat pengalaman untuk menyelidiki, mengamati, menimbang-nimbang, memutuskan
dan membuat bersama dengan teman-temannya dan sendirian. Anak belajar berfikir
secara keilmuan, yaitu secara urut teratur, logis, tetapi segala sesuatu secara
kanak-kanak. Jalan fikir inilah yang pentin pula untuk pendidikan masyarakat.
Dengan jalan fikir itu pula anak mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat
dewasa, jika ia sudah dewasa pula.
Bekerja sendiri dan bekerja bersama itu kecuali
mengandung pendidikan kecerdasan, yang amat penting artinya untuk pendidikan sosial,
juga merupakan pendidikan budi pekerti atau kesusilaan. Dewey merendahkan
sekali pendidikan kesusilaan, yang diberikan hanya dengan memberi tahu dan
menyuruh percaya, apa yang dinamakan luhur dan apa yang dinamakan hina.
Pengalaman anak sendiri harus dapat menumbuhkan pengertian dan minat terhadap
kaidah-kaidah hina dan luhur itu, dan juga menimbulkan hasrat untuk berbuat
luhur. Tetpi pengertian, minat dan hasrat saja belum cukup. Yang terpenting
adalah perbuatan luhur, yaitu perbuatan yang bermanfaat untuk masyarakat. Dan
dengan perbuatan luhur itu ia menjauhkan diri dari perbuatan jelek dan hina.
Begitulah dengan bekerja sendiri dan bekerja bersamaitu
(pekerjaan kayu, memasak, memintal dan menenun) anak akan sampai pada :
pembagian pekerjaan yang baik, pemilihan pemimpin dan penolong, saling tolong
menolong dan persaingan yang sehat. Juga akan timbul dengan spontan suasana
untuk saling menceritakan pengalaman dan bertukar pikiran dan karenanya
terciptalag tata tertib batin yaitu yang berasal dari dalam atau atas
keinsafan.
Menurut Dewey didalam watak orang itu terdapat 3 unsur,
yang masing-masing tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus merupakan suatu
keseluruhan. Ketiga unsur itu sesuai dengan daya-daya jiwa yang meliputi :
keaktifat serta semangat (kemauan), pendapat yang terang (fikir) dan perasaan
yang halus .
1.
Keaktifan.
Itu tumbuh pada anak karena inisiatif itu mengakibatkan kemauan dan semangat
yang kuat hingga menimbulkan keaktifan.
2.
Pendapat
yang terang. Mengamati, menyelidiki, sendiri dan keaktifan lainnya yang
dijadikan dengan kemauan sendiri, menimbulkan pengertian dan pendapat yang
terang.
3.
PENGHARGAAN
|
Kritik
|
Ada juga suara-suara yang tidak menyetujui
pendapat Dewey. Suara-suara itu terutama terddengar dari kaum agama.
Kritik-kritik itu kita iktisarankan sebagai berikut :
1.
Tujuan
pendidkan Dewey hanya terletak dalam dunia yang nyata saja (diesseitig),
seakan-akan sesudah kita meninggal tidak ada lanjutan hidup yang lain.
Berhubung dengan itu kaidah kesusilaan hanya diambil dari hubungan hidup dalam
masyarakat. Kaidah-kaidah itu sejarah dan agama tidak dianggapnya baik.
2.
Jasa
|
Tidak dapat disangkal
bahwa amat besar juga jasa-jasanya.
1.
Ia
memberantas dengan kerasnya kesalahan-kesalahan sekolahlama dan memasukkan
“kerja-sendiri” dalam ruangan sekolah.
2.
Dalam
sekolah lama amat jauhlah jarak antara pengajaran dan kehidupan anak menurut
alamnya : Deweylah yang mendekatkan kehidupan anak sekolah dan kehidupan dalam
masyarakatnya. Ia mengubah sekolah lama menjadi sekolah hidup, hingga anak
dapat menambah pengetahuan dan kecakapannya dengan sewajarnya.
3.
Disekolah
lama pengajaran tiap-tiap tahun selalu berlangsung sama, tetapi pengajaran
proyek mengubah keadaan yang statis itu menjadi dinamis ; tiap tahun berganti
sesuai dengan masalah yang diambil dan sesuai dengan perkembangan perhatian
anak.
4.
PELAKSANAAN TEORI-TEORI DEWEY
|
telah diterangkan bahwa Dewey tidak sanggup
menyelenggarakan sekolah yang memadai cita-citanya sendiri. Berhubungan dengan
itu ia tidak menanamkan sekolah rendah yang ia dirikan pada sekolah tinggi itu
suatu sekolah model yang harus dicontoh, melainkan suatu sekolah percobaan
untuk menguji pendapat-pendapatnya. Pelaksanaan cita-citanya itu ia serahkan
kepada orang lain, asalkan dijadikan dasar hal-hal yang berikut :
a.
Sekolah
itu harus sekolah kerja.
b.
Mata
pengajaran-pengajaran harus dipusatkan atas suatu masalah dan dibatasi sampai
tinggal yang fungsionil untuk anak saja. Dengan jalan itu tidak terpisah teori
dan praktek.
c.
Masalah
itu diambilkan dari kehidupan anak dan masyarakatnya sendiri, sejajar dengan
perkembangan anak menurut teori ulangan, sehingga pelajaran itu hidup.
Umpamanya : makanan, pemeliharaan hewan, pertanian, teknik, sejarah penerangan
dsb.
d.
Cara
memberikan harus mendapat perhatian insting-insting yang ada pada anak, yang
selalu aktif itu dalam permainan dan pekerjaannya.
Kilpatrick
|
Lahir
pada tahun 1871 di Georgia U.S.A. pada
waktu ia belajar ilmu pasti dan alam di universitas, terpaksalah ia
menghentikan pelajaran untuk menjadi guru, karena kekurangan biaya. Tetapi
setelah beberapa tahun ia kembali menjadi menjadi mahasiswa dan dapat
menyelesaikan pelajarannya. Pada tahun 1897 ia menjadi profesor untuk ilmu
pasti hingga tahun 1906. Dalam 1907 ia masuk menjadi mahasiswa lagi pada
sekolah tinggi guru di universitas Colombia. Disitu juga menjadi profesor : J.
Dewey. Pengaruh Dewey kepadanya amat besar, hingga ia yang sanggup melaksanakan
teori-teori Dewey untuk pendidikan, pengajaran dan meluaskan kenegara lain.
Seluruh pekerjaannya diliputi jiwa Dewey dan ia amat mengaguminya, hingga ia
menyebut Dewey sebagai “the greatest Amerika thinker”. Pada tahun 1918 ia
diangkat menjadi profesor pada sekolah tinggi guru di universitas Colombia
sampai tahun 1938. Dalam tahun 1926 hingga 1929 ia berkeliling dunia dan
menyaksikan bahwa, sistem pengajarannya sudah meluas keseluruh dunia. Sesudah
tahun 1938 ia menjadi profesor kehormatan.
Pengajaran proyek tidak seluruhnya sama dimana-mana. Yang
sama hanya pokoknya. Itu memang harus begitu, sebab pengajaran itu harus
dinamis dan bersifat individual dan dengan sendirinya disesuaikan dengan
keadaan setempat dan pendirian guru. Pada akhir tinjauan sekolah-kerja ini
diberikan sebuah contoh pengajaran proyek dan pada akhir buku : pilot proyek di
Indonesia sekarang.
PENGAJARAN
PROYEK DI INDONESIA
Telah diterangkan bahwa pengajaran proyek yang terdapat
diberbagai negara hanya sama dalam dasar-dasar pokoknya. Penyelenggaraannya
disesuaikan dengan keadaan setempat dan pendirian guru-gurunya. Juga di
Indonesia sebelum merdeka pernah dijalankan pengajaran proyek itu. Berikut
adalah ringkasan dari buku pengajaran proyek oleh Vastenhouw dengan kata
pengantar dari P.Post. Keduanya dari Bandung. Gambaran-gambaran dari buku itu.
A. Arti istilah proyek
|
1.
Menurut
kamus perkataan proyek berasal dari perkataan Latin dan berarti : maksud,
rencana. Membuat atau menentukan suatu masalah berarti guru dan murid membuat
rencana sekitar masalah itu yaitu mengenai apa-apa yang akan dilaksanakan :
dipelajari, dibuat, dicatat, diamati, diselidiki, ditinjau, dikumpulkan,
didramatisi dan akhirnya dipamerkan kepada orang-orang tua murid.
2.
Sesuai
dengan arti diatas proyek dapat dituturkan sebagai perjanjian suatu kesulitan
atau soal (problem), sebab ,menghadapkan suatu macam soal, umpamanya :
a.
Mengenai
hak apakah masalah itu ?
b.
Apakah
yang harus kita mengerti berhubung dengan masalah itu ?
c.
Apakah
yang penting dan apakah yang kurang penting ?
d.
Bagaimana
kita akan menyelenggarakan rencana itu ?
e.
Alat
apakah yang kita miliki ?
f.
Buku
apakah yang dapat kita pakai sebagai sumber ?
3.
B. Macam-macam proyek
|
Disekolah tanpa pengajaran proyek, mata pengajaran
diberikan secara terpisah-pisah dengan jam-jam tertentu untuk tiap pengajaran.
Bagannya dapat berwujud seperti berikut :
Budi pekerti
Bahasa Indonesia
Membaca
Bahasa Daerah
Berhitung
Ilmu Bumi
Ilmu Hajat
Dan lain-lain
|
................................................................
..............................................................
..............................................................
................................................................
................................................................
..............................................................
.................................................................
..............................................................
|
Begitulah tiap mata pengajaran itu menempuh jalannya
sendiri-sendiri, juga mempunyai buku, metode dan tujuannya sendiri-sendiri.
Cara memberikan pelajaran semacam itu tidak sama sekali salah. Ada juga
baiknya, yaitu untuk tiap mata pengajaran dapat dipakai metode yang sesuai
dengan hal itu, karena harusnya diakui bahwa tiap mata-pengajaran itu mempunyai
metodenya sendiri-sendiri, berlainan dengan hal yang lain.
HUJAN
|
LALU LINTAS
|
PERJALAN-AN
PENEMUAN
|
POHON KARET
|
KESEHATAN KITA
|
Dari bagan ini terlihat bahwa yang ada hanya
proyek-proyek saja yang berturut-turut dan yang bersangkut-paut satu sama lain.
Mata pengajaran yang berdiri sendiri tidak ada.
Pengajaran semacam ini dinamakan juga Gesamtunterricht, pengajaran totalitet dan pengajaran dengan pusat perhatian.
Cara itu mempunyai beberapa kekurangan :
1.
Karena
pengajaran-pengajaran selalu diberikan secara itu saja, minat anak lambat laun
menjadi kendur dan akhirnya hilang sama sekali.
2.
Pengajaran
proyek membutuhkan keaktifan anak yang sungguh-sungguh dan yang terus dan yang
terus menerus, hingga akhirnya anak-anak menjadi lesu karenanya.
3.
Beberapa
mata pelajaran kurang mendapat perhatian misalnya : bahasa, berhitung, menyanyi
dan gerak badan.
Proyek okasionil. Karena kedua cara itu ada baiknya dan
ada buruknya, maka baiknya dipakai perpaduannya. Dalam pengajaran proyek
okasionil pengajaran bahasa, berhitung, menyanyi dan gerak badan selalu
diberikan secara lama. Maka pengajaran lainnya diberikan dalam bentuk proyek
pada waktu-waktu yang tertentu, umpamanya sekali tiap triwulan. Jika tidak ada pengajaran proyek segala sesuatu berjalan
seperti biasa secara lama. Bagannya dapat berupa sebagai berikut :
POHON ENAU
|
PERJALAN-AN PENEMUAN
|
KESEHATAN KITA
|
ILMU BUMI ..................................................................................................................
SEJARAH ..................................................................................................................
ILMU HAYAT ..................................................................................................................
MENGGAMBAR ..................................................................................................................
PEK. TANGAN .................................................................................
SENI SUARA ..................................................................................................................
GERAK BADAN ..................................................................................................................
Garis-garis yang tidak melalui bulatan itu berarti bahwa
mata pengajaran yang berada dimuka garis itu tidak turut dalam proyek dan
dibicarakan terpisah-pisah seperti dalam sekolah lama. Dengan cara ini maka
tidak ada maa pengajaran yang terkucil.
Masalah atau Pokok
|
Penentuan
pokok atau masalah amat penting didalam pengajaran proyek, karena pokok itu,
merupakan tujuan yang menentukan segala pekerjaan nanti dan pula membimbing
fikiran kita kearah itu. Pokok itu juga menjadi pusat yang harus ditinjau dari
macam-macam sudut. Misalnya guru telah menentukan sebagai masalah kesehatan
kita. Maka lalu dibuatnya rencana apa yang akan diuraikan sekitar masalah itu.
Setelah pokok itu ditinjau dari berbagai-bagai sudut maka timbullah sebagai
rencana pertama :
Kesehatan
badan
Kesehatan kita Kesehatan rumah dan
halaman
Kesehatan
sekolah
Dengan uraian itu sudah mulai ada gambaran yang lebih
jelas mengenai perihal yang akan kita laksanakan. Tiap-tiap anak pokok akan
kita tinjau lebih lanjut. Rencana itu tidak sama untuk tiap orang, jadi
bersifat individual. Maka ada juga yang membuat rencana sebagai berikut :
Sebelum
perang
Kesehatan kita Selama
pendudukan Jepang
Sekarang
Berhubung dengan pentingnya masalah itu maka haruslah
pada waktu menentukannya guru memperhatikan beberapa faktor agar pekerjaan akan
berhasil baik, diantaranya :
a.
Masalah
harus mendapat perhatian anak ; Guru akan mengetahui dari pertanyaan anak dalam
pelajaran, dari percakapan dsb.
b.
Masalah
hendaklah sesuai dengan umur dan tingkatan kemajuan anak. Misalnya penanaman
padi untuk kelas 4.
c.
Masalah
hendaknya disesuaikan dengan lingkungan anak. Misalnya pelabuhan untuk kota
pantai.
d.
Masalah
dapat dihubungkan dengan hal yang aktual yaitu yang pada waktu itu menjadi
perhatian umum; dibicarakan dalam percakapan umum, dalam koran, rapat dsb.
e.
Masalah
dapat diambil dari berbagai mata pengajaran. Dari sejarah : perjalanan penemuan
pulau; sejarah perumahan dsb.
Dari
ilmu bumi : lalu lintas, pabrik tebu dsb.
Dari
ilmu alam : hujan, penerangan dsb.
C. Jalan pengajaran
|
Langkah-langkah dalam pengajaran proyek dapat berupa
sebagai berikut :
a.Persiapan
, b. Pendahuluan, c. perjalan sekolah, d. Pengolahan, e. Pameran.
a.Persiapan
|
Setelah pokok atau
masalah ditentukan oleh guru sendiri atau bersama-sama dengan murid.,
berhubungan dengan minat anak yang timbul didalam pengajaran, maka pertama-tama
guru membuat persiapan atau rencana untuk segala sesuatu yang akan dijalankan
dalam pelajaran proyek yang akan datang. Banyak hal-hal yang harus diperhatikan
:
1.
Pelajaran
klasikal lisan yang masih akan
diberikan. Didalam pelajaran klasikal ini guru memberi mata-mata
pengajaran yang dihubungkan dengan proyek tersebut.
Secara
iktisaran diberikan bahan pengajaran untuk bermacam-macam mata pengajaran yang
dipusatkan atas pokok proyek kesehatan kita.
Pokok proyek : Kesehatan kita
Mata pengajaran
|
|
Ilmu bumi
Sejarah
Ilmu Hajat
Ilmu Alam
|
Pemberantasan Malaria
Makanan pokok untuk bagian-bagian di Indonesia dan kesehatan rakyat.
Tindakan pemerintah untuk menjaga kesehatan rakyat.
Hidup Pasteur.
Baden Powel dan perpaduan.
Sejarah penyakit pes dan pemberantasannya.
Buah pepaya dan tomat dihalaman untuk kesehatan.
Tanaman yang mengandung obat : kumis kucing, temulawak dsb.
Musuh manusia : lalat, nyamuk dan tikus.
Bejana berhungan dengan air leding.
Termometer pengukur panas orang sakit.
Kaca pembesar.
|
2.
Pelajaran
klasikal tertulis. Sesudah beberapa pelajaran klasikal lisan, diberikan
pelajaran tertulis secara klasikal untuk meresapkan hal-hal yang telah
dibicarakan.
3.
Tugas-tugas
yang harus dibuat anak secara gerombolan (2 sampai 4 orang) dan secara
perseorangan. Menyiapkan tugas yang harus ditunaikan anak tidak mudah. Perihal
tugas itu sama dengan tugas dalam pelajaran. Dalton yang telah kita bicarakan.
4.
Menetapkan
jumlah jam yang akan dipakai untuk memberikan pelajaran bebas. Pekerjaan bebas
ini adalah pekerjaan yang tidak ditugaskan oleh guru, jadi suatu pekerjaan yang
dipilih anak sendiri, tetapi berhubungan dengan pokok proyek.
5.
Menentukan
jumlah perjalanan sekolah yang harus dibuat. Perjalanan sekolah ini dapat
dilaksanakan sebelum pengajaran proyek dimulai dimulai untuk mengamati,
menyelidiki, mempelajari atau selama perjalanan proyek berlangsung.
6.
Pameran
yang akan diadakan. Untuk menarik perhatian orang tua, juga untuk memberi
kepuasan kepada pada orang tua muridyang telah membantu terlaksananya
pengajaran proyek itu, Kadang-kadang perlu juga memamerkan hasil beberapa pengajaran
proyek, umpamanya pada akhir tahun.
7.
b. Pendahuluan
|
Setelah
persiapan atau rencananya untuk dirinya itu selesai, guru mengadakan
pembicaraan pendahuluan dengan kelasnya. Pembicarakan itu dilakukan kira-kira
seminggu sebelumnya anak mulai mengerjakan tugas. Bentuk pengajaran yang
dipakai dalam pembicaraan itu adalah tanya jawab dan tujuannya yang pertama
ialah untuk menyelidiki apa-apa saja yang sudah dimengerti anak dan keduanya
untuk mengetahui apakah yang menarik perhatian anak dan ketiganya untuk
membangkitkan semangat agar suka menyelidiki sesuatu dan mengumpulkan
barang-barang, menggambar dan sebagainya. Sambil bertanya jawab guru mencatat
segala sesuatu yang penting dipapan tulis secara bagan, sehingga rencana yang
guru yang telah ia buat dirumah tertera juga dipapan tulis. Dengan sendirinya
tambahan dan pengurangan selalu ada, karena guru harus menyesuaikan diri dengan
perhatian murid dan tidak boleh memaksakan sesuatu.
Tinggallah
sekarang menentukan pokok-pokok yang akan dipakai untuk dikerjakan bersama-sama
dan yang diselesaikan secara perseorangan.
Pokok yang
bersifat pengetahuan, baiklah dipakai untuk tugas rombongan, umpamanya
bermacam-macam penyakit menular dalam ikisaran tersebut.
Baiklah dalam
hal anak diberi kemerdekaan memilih sendiri bahan yang akan ia kerjakan dan
juga memilih temannya sendiri untuk membentuk satu rombongan.
Akhirnya tiap
murid mempunyai 3 macam tugas :
a.
Bersama-sama
dengan anak lain mempelajari suatu pokok.
b.
Bersama-sama
dan sendiri membuat sesuatu pekerjaan tangan, gambaran dan sebagainya.
c.
Membuat
dan mempelajari sesuatu secara bebas.
Guru mencatat itu semua didalam suatu daftar sebagai
berikut :
M e m p e l a j a r i
Nama anak
|
Pokok
|
Mulai
|
Selesai
|
Sitti, Aminah, Chatijah.
|
Susunan makanan sehat.
|
||
Dulah, Basri, Suroto dsb.
|
Bahan tikus.
|
M e m b u a t
Nama anak
|
Tugas
|
Mulai
|
Selesai
|
Kartinah
|
Membuat grafi lamanya tidur yang yang dibutuhkan tiap-tiap umur.
|
||
Darno, Amin, Sarinah dsb.
|
Membuat tempe (makanan sehat).
|
Dalam minggu anak mulai bekerja murid-murid boleh
menyiapkan dan merundingkan segala sesuatu. Boleh pula hal adanya pengajaran
proyek untuk satu bulan itu diberithukan kepada orangtua untuk mendapatkan
pertolongan.
c. Perjalanan Sekolah
|
Perjalanan
sekolah bersama-sama dapat dikerjakan dalam minggu itu atau pada waktu yang
lain. Untuk menyimpulkan uraian disini tidak diuraikan nilai perjalanan sekolah
itu, sebab itu sudah dibicarakan dalam pelajaran pelajaran Helmatkunde. Beberapa peringatan perlu diberikan :
a.
Perjalanan
sekolah ini bukan untuk bersenang-senang, melancong-lancong makan angin, akan
tetapi sesuatu pelajaran juga. Maka mereka harus mempergunakannya baik-baik dengan
mengamati betul segala sesuatu.
b.
Agar
tidak ada sesuatu hal penting yang mereka lupakan, mereka wajib membawa buku
catatan.
c.
Biarpun
barisan dalam pelajaran sekolah itu tidak perlu serapi barisan prajurit, tetapi
wajiblah tiap anak menjaga tingkah lakunya masing-masing, agar tidak ada
seorangpun dijalan yang mengatakan
didalam hatinya, bahwa mereka kurang ajar atau tidak mengenal aturan.
d. Pengolahan
|
Guru memanggil satu rombongan dan kepadanya diberi
tugasnya tertulis. Sebentar diterangkan hal-hal yang belum dimengerti dan
sesudah itu disuruh bekerja bersama mengerjakan tugas. Rombongan lanjutannya
begitu pula hingga seluruh kelas telah mendapat dan mengerti tugasnya.
Dengan cara yang sama pada lain waktu dibagikan tugas
keseorangan dan diterangkan secukupnya.
Tempat. Murid-murud dapat memilih tempatnya sendiri untuk
bekerja. Tetapi mudah dimengerti bahwa mereka membutuhkan tempat yang agak
luas. Untuk keperluan itu baiklah bangku-bangku biasa dikumpulkan hingga dapat
memberikan tempat yang luas dan lantai juga dapat dipergunakan. Kelas berubah
menjadi ruang kerja. Lain lagi pada itu serambi dan tempat-tempat anak bermain
dapat dipakai.
Guru. Pekerjaan guru hanya memberilkan
pertolongan kalau dibutuhkan. Maka baiklah ia mempunyai meja yang lebar untuk
sewaktu-waktu menerima murid, memberikan pertolongan seperlunya dan memberikan
dan memberikan nasehat. Jika tidak ada anak yang membutuhkan pertolongannya, ia
berkeliling untuk membombong semangat mereka, untuk menunjukkan
kesalahan dan memberi petunjuk membetulkannya. Haruslah dicegah guru membetukan
kesalahan itu. Biarlah murid mendapatkan pengalaman dengan membetulkan
kesalahannya sendiri.
Ketertiban. Mudah dimengerti bahwa
kelas didalam ruang kerja tiada mungkin harus tenang. Tetapi yang ada bukan
kekacauan, melainkan kesibukan karena tiap-tiap mempunyai pekerjaan. Ketertiban
yang ada ialah ketertiban yang sesungguhnya seperti juga didalam ruang kerja
orang dewasa. Senang juga melihat ketertiban semacam itu. Hanya kadang-kadang
jika ada anak yang mengganggu kepentingan kelas, guru wajib
Murid. Banyak yang harus dilaksanakan
oleh murid yaitu :
a. Mereka harus membaca buku, majalah,
karangan dsb;
b. Mereka harus membuat catatan ringkasan
mengenai intisari yang mereka baca;
c. Mereka menyimpulkan didalam suatu
karangan yang mereka susun bersama dengan temannya dalam rombongannya. Tiap
anak menulis karangan yang sudah mereka tentukan dan membetulkan bersama
didalam buku proyeknya masing-masing;
d. Karangan ini harus mereka hias dengan
gambar, peta, bagan, grafik dsb.Jika suatu rombongan selesai dengan
pekerjaannya, maka hasilnya lalu dibicarakan didalam kelas dibawah pimpinan
guru.
Kecuali hal-hal yang disebut murid
masih mempunyai tugas yang lain, sebagai keseorangan maupun sebagai anggota
rombongan.
a. Mengumpulkan gambar-gambar,
cerita-cerita lawak dsb;
b. Membuat bermacam-macam grafik;
c. Membuat peta;
d. Pekerjaan menggambar, menyunting dan
menempelkan;
e. Mengamati sesuatu (meteran hujan, jam
matahari);
f. Bekerja dikebun sekolah;
g. Membuat sesuatu dibak pasir;
h. Membuat bermacam-macam makanan;
i. Membuat herbarium dan lain-lain
kumpulan.
e. Pameran
|
D. Penghargaan
|
A.
Kebaikan
|
i Berhubungan dengan terikatnya
pekerjaan guru oleh bahan pengajaran, alat-alat dan lain-lain hal, belum banyak
pengajaran proyek itu dipraktekkan di Indonesia, biarpun kita melihat banyak
kebaikan didalamnya. Kebaikan-kebaikannya yaitu :
Ditinjau
dari sudut pendidikan :
1.
Pengajaran proyek adalah suatu bentuk pengajaran yang
baik untuk membangkitkan untuk membankitkan semangat anak-anak agar aktif dan
dengan jalan itu memberi kesempatan untuk mendidik diri, mengembangkan diri;
2.
Anak mendapat kesempatan bekerja bersama-sama yang
penting sekali artinya untuk pendidikan kesosialan dan kesusilaan;
3.
Anak belajar hidup seperti didalam masyarakat. Begitulah
tidak terpisah pendidikan dirumah dan disekolah;
4.
Anak dididik bertanggung jawab atas tugas yang diserahkan
kepadanya
5.
Anak dididik berbuat tata tertib yang sewajarnya, yaitu
atas keinsyafan. Inilah pendidkan budi pekerti yang tidak ternilai harganya.
Jadi secara umum dapatlah
dikatakan bahwa dengan pengajaran proyek itu guru berusaha melenyapkan
pengajaran yang bersifat intelektual untuk memberikan pendidikan yang bulat
atau harmonis yang mengandung pendidikan materiil, formil dan fungsionil.
Ditinjau
dari sudut didaktik :
1.
Murid belajar berfikir dan mengalami proses berfikir
secara kanak-kanak. Soal-soal dan kesulitan yang timbul pada pekerjaan proyek
itu adalah soal yang sewajarnya, bukannya paksaan orang lain. Mereka
mempergunakan buku-buku sumber, dibacanya dalam hati dan memikirkan apa yang
telah mereka baca untuk mengatasi kesulitan. Itulah berfikir yang sesungguhnya,
bukan hanya hafalan.
2.
Murid-murid dilatih bukan hanya belajar yang sesungguhnya
sebab mereka mengumpulkan sendiri semua alat yang dibutuhkan, mencari dalam
buku dan mengambil intisari yang dibaca. Membuat iktisar dan pernyataan sendiri
sesuai dengan pribadinya dan mencoba menjawabnya. Inilah yang dimaksud oleh
Dewey anak belajar berfikir secara keilmuan atau logis ; mereka mengetahui
alat-alat yang diperlukan dan dapat mempergunakannya agar mengetahui hal-hal
yang tidak mereka ketahui.
3.
Pengetahuan yang mereka pelajari dan miliki dapat
dipergunakan. Itulah pengetahuan fungsional.
4.
Semua sifat-sifat didaktik dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya :
a.
Menarik perhatian
b.
Membangkitkan keaktifan
c.
Meragakan
d.
Berhubung-hubungan
e.
Berdasarkan atas yang diketahui
f.
Praktis
g.
Memberi kesempatan untuk bekerja sama
5.
Kepada anak-anak dapat diberikan pekerjaan yang bersifat
individual, jadi yang mereka butuhkan.
Kekurangan
|
1.
Tiap mata pengajaran mempunyai caranya dan kesulitannya
sendiri pada waktu mengajarkannya. Itu sukar dipenuhi dalam pengajaran proyek
total. Pengajaran proyek okasionil lebih baik untuk dipraktekkan.
2.
Ada bahaya bahwa segala sesuatu menjadi terlalu luas,
karena pada hakikatnya semua pengetahuan itu berhubung-hubungan tidak teranglah
batas-batasnya.
3.
Sukar memilih pokok proyek yang tepat.
4.
Hasil pengajaran proyek bergantung banyak dari kecakapan
guru untuk menyelenggarakan sesuatu.
5.
E. Contoh suatu pengajaran proyek
|
Persiapan
|
Setelah difikirkan masak-masak guru memilih suatu pokok, yaitu pohon
enau. Ia menyiapkan diri dulu untuk dapat memberi pimpinan yang sebaik-baiknya.
a.
Ia meninjau pohon enau dari sudut ilmu hayat untuk
memperluas pengetauannya. Dipelajarinya dari ilmu hayat perihal pohon enau.
Pohon enau termasuk suku palem
(palma). Tumbuhnya didaerah tinggi hingga 4000 kaki atau kurang lebih 1200
meter. Dilihat secara sepintas lalu maka daunnya tidak teratur. Batangnya tegak
dan lurus. Tinggi pohon sampai 25 M. Hanya mempunyai beberapa daun yang
kelihatan sebagai dahan tegak lurus. Bunga bergantungan dari puncaknya dan
buahnya bertandang-tandang mengurai dari batangnya.
Dari buku ilmu hayat diketahui
bagian-bagian pohon, yang diuraikan lebih lanjut. Juga cara pohon itu
berkembangbiak, yaitu secara liar oleh musang dan cara teratur oleh manusia.
b.
Guru meninjau pohon itu dari sudut ekonomi. Ternyata,
bahwa segala bagian pohon itu dapat dipergunakan dan terhubung dengan itu
dibeberapa daerah pohon itu memberi mata pencaharian penting.
1.
Akar pohon setelah direndam menghasilkan serabut yang
akan dianyam menjadi keranjang, topi, cambuk, tali keroncong dsb. Sisa akar
jika dibakar menjadi obat norit. Akar ditumbuk dan diperas menjadi sari untuk
obat penyakit pinggang.
2.
Batangnya menghasilkan kayu yang baik untuk membuat
rumah, saluran air, tongkat dan kayu api.
3.
Empulurnya menghasilkan sagu.
4.
Daun yang mudah dipergunakan sebagai daun rokok. Daun
yang tua dijadikan atap. Kayu tulang daun untuk dinding rumah. Lidi dianyam
menjadi keranjang atau dibuat menjadi sapu.
5. Injuk untuk membuat tali, sapu, sikat,
pengisi pelana, pembalut tonggak-tonggak kandang agar tidak dimakan rayap atau
tempat ayam atau ikan bertelur dsb. Tulang ijuk disayat menjadi kalam.
6. Dari bunga
diperoleh nila. Dari nila dapat diperoleh gula, cuka dan alkohol. Tangkai bunga
dipakai sebagai penggosok perabot rumah agar licin.
7. Buah dapat
dijadikan makanan kolang-kaling. Guru mempelajari pembuatannya. Biji yang tua
untuk bahan kerajinan tangan pembuat kancing, anting dsb.
c. Guru
mempelajari cara membuat sagu, gula, cuka, tuak dan cara menyadap.
d. Guru
mengumpulkan buku-buku, majalah-majalah, dan alat lain yang mungkin dapat
dipergunakan murid.
e. Guru mencari
cerita-cerita yang ada hubungannya dengan enau.
f. Guru meninjau
kesatuan tempat yang ada pohon enau dan bercakap-cakap dengan yang empunya,
minta izin untuk murid-murid yang akan mengadakan perjalanan sekolah ditempat
itu.
g. Guru menyusun
daftar pelajaran dan memikirkan bermacam-macam tugas untuk pekerjaan rombongan
dan keseorangan.
h. Guru memikirkan
bermacam-macam pelajaran untuk menghubungankan dengan pokok proyek itu.
KESIMPULAN
Dari hasil materi yang saya
bawakan maka dapat saya simpulkan bahwa Pengajaran proyek yang dipelopori oleh
John Dewey itu merupakan suatu pengajaran yang ingin mengubah sekolah lama yang pengetahuan diberikan kepada murid-muridnya merupakan
pengetahuan yang sudah di siapkan terlebih dahulu oleh orang dewasa, hingga
anak tinggal mendengarkan, percaya dan menghafalnya saja terdapat banyak mata
pelajaran yang diajarkan, dan sekolah lama tersebut mempunysi tujuan agar para
siswanya kelak menduduki jabatan intelektual, dan sedangkan siswanya sendiri
hanya bersifat pasif, dan selalu menuruti apa yang dikatakan oleh gurunya. Maka
dari pada itu sekolah lama harus diubah
agar siswa-siswanya bersifat aktif dan lebih kreatif dalam proses pembelajaran.
Disamping itu pendidik (Guru) harus lebih bijaksana dalam mengajarkan
pengajarannya, karena anak bersifat pasif diakibatkan oleh sifat pendidiknya
sendiri. Pengajaran proyek ini dapat diterapkan dilingkungan sekolah karena
dalam hal objek penelitian sangat baik menerapkan pengajaran-pengajaran yang
bersifat aktif dan memberikan kebebasan yang cukup baik bagi anak didiknya.
Pengajaran-pengajaran semacam ini masih cukup jarang ditemukan di Indonesia
karena pengetahuan yang masih cukup terbatas apalagi didesa-desa.
Dalam pengajaran projek ini guru diajarkan agar tidak
terlalu mengatur anak didiknya, karena akan membawa dampak yang negatif
terhadap murid itu sendiri. Guru hanya mempunyai tugas untuk membimbing anak
didiknya saja agar anak tersebut lebih aktif berfikir dibanding gurunya
sendiri. Jika semua pendidik hanya mengatur kemauannya tanpa mempedulikan anak
didiknya yang kerjanya hanya bisa diam di tempat duduknya tanpa mengeluarkan pendapat
apa-apa terhadap pelajaran yang di berikan oleh gurunya, maka anak tersebut
tidak mengkin bisa bersifat aktif.
DAFTAR
PUSTAKA
Soejono. 1958. Aliran-aliran Baru Pendidikan:103-119.
Jakarta: Djambatan