Sabtu, 30 Agustus 2014

Proposal (Dampak Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka dalam Pengembangan Kedisiplinan Siswa)

DAMPAK KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DALAM
PENGEMBANGAN KEDISIPLINAN SISWA
(Studi Kasus di SMA Negeri 1 Mattirobulu Kabupaten Pinrang)






PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam Rangka Penelitian dan Penulisan Skripsi Pada Prodi Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosiologi Universitas Negeri Makassar





KARTINI KADIR
106704048




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014





I.       JUDUL    : DAMPAK KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DALAM PENGEMBANGAN KEDISIPLINAN SISWA (Studi Kasus di SMAN 1 Mattirobulu Kab. Pinrang)

II.    PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Maraknya beberapa kasus yang melanda Indonesia dari kalangan pemerintah sampai kalangan rakyat jelata merupakan dampak merosotnya bangsa ini. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pendidikan sekarang yang kebanyakan hanya mengedepankan pada aspek keilmuan dan kecerdasan peserta didik. Adapun aspek moral dan etis sebagai basis pembentukan karakter budaya bangsa semakin terpinggirkan. Kondisi mental, budi pekerti, karakter, dan akhlak bangsa yang memprihatinkan seperti perilaku yang tidak sesuai dengan dengan tatanan nilai dan norma budaya bangsa Indonesia.
Dalam hal ini pendidikan di sekolah hendaknya menyampaikan nilai-nilai atau memberikan pengaruh yang positif terhadap peserta didik yang nantinya tercermin dalam kebiasaan baik siswa dan kemudian menjadi kedisiplinan. Pendidikan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam pembangunan bangsa yang lebih baik lagi.
Pendidikan sangat penting dalam pembentukan watak siswa dan menjadikan warga negara yang baik serta dapat mengembangkan dan membangun karakter siswa. Kenyataan tidak berlebihan jika bangsa Indonesia saat ini digambarkan sebagai bangsa yang mengalami penurunan kualitas karakter pelajarnya. Mulai dari masalah kekerasan, tawuran antar pelajar, dan kurangnya sifat saling tolong menolong.
Keadaan tersebut mendorong lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah memiliki tanggung jawab untuk memberi pengetahuan, keterampilan, dan mengembangkannya baik melalui pendidikan formal dan nonformal. Salah satu ekstrakurikuler yang ada disekolah yaitu Pramuka yang di dalamnya terdapat nilai-nilai yang sangat bagus dalam pembentukan siswa, mereka dilatih dan didik untuk membentuk sikap disiplin, kreatif, sopan, dan memiliki kemampuan untuk memimpin.
Kegiatan ekstrakurikuler pramuka para anggota dituntut untuk memiliki sikap kreatif dalam berinovasi kearah yang lebih baik lagi. Dengan adanya konstitusi atau aturan yang sangat kuat tentang gerakan pramuka maka pihak sekolah bisa mewajibkan para siswa-siswinya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka karena pramuka merupakan pribadi bangsaku. Hal ini berdasarkan pada pidato yang disampaikan Wakil Ketua Kwarda Jawa Barat Engkus Sutisna pada acara Gebyar Pramuka Pribadi Bangsaku di Kwarcab Sumedang pada tanggal 14 Oktober 2012 bahwa “Pramuka merupakan Pribadi Bangsa Indonesia”. (https://semboyan.wordpress.com)
Dari dampak yang dilihat pada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka dengan siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler apapun yang ada di sekolah sangat berdampak pada sifat yang ditimbulkan oleh masing-masing siswa tersebut. Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka akan lebih menonjolkan sifat yang disiplin dibanding siswa yang tidak mengikuti kegiatan tersebut karena siswa-siswa tersebut telah terbiasa dengan peraturan-peraturan yang dapat melatih pengembangan karakter siswa terutama pada kedisiplinan siswa.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa terdapat beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh siswa di SMA Negeri 1 Mattirobulu. Kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan disekolah terdiri dari, Pramuka, PMR, Olahraga, Seni. Untuk itu peneliti ingin memfokuskan pada kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang dijadikan sebagai objek penelitian.
Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Dampak Kegiatan Ekstrakurikuler dalam Pengembangan Kedisiplinan Siswa (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Mattirobulu Kab. Pinrang)”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut dan untuk membatasi kajian dalam penelitian ini, maka penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan yang akan dibahas dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana upaya pembinaan kegiatan pramuka menanamkan nilai-nilai kedisiplinan pada siswa SMA Negeri 1 Mattirobulu?
2.      Bagaimana dampak kegiatan pramuka dalam mengembangkan kedisiplinan siswa SMA Negeri 1 Mattirobulu?


C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui bagaimana upaya pembinaan kegiatan pramuka menanamkan nilai-nilai kedisiplinan pada siswa SMA Negeri 1 Mattirobulu.
2.      Mengetahui dampak kegiatan pramuka dalam pengembangan kedisiplinan siswa.

D.    Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1.      Manfaat Teoritis
Bagi lembaga pendidikan : Memberikan wacana sekaligus inspirasi dalam program pengembangan kedisiplinan siswa dalam kegiatan kepramukaan.
2.      Manfaat Praktis
a.       Bagi peneliti          : Dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan secara langsung tentang kegiatan kepramukaan.
b.      Bagi Guru             : Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan guru lebih berfikir kreatif dalam penanaman nilai-nilai kedisiplinan dan  dapat mengembangkan kedisiplinan siswa.
c.       Bagi Siswa            : Dapat menumbuhkan ide-ide positif terhadap ekstrakurikuler pramuka yang diadakan sekolah.


III. TINJAUAN PUSTAKA
A.    Kegiatan Ekstrakurikuler
1.      Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstakulikuler biasa digunakan sebagai wadah pembinaan peserta didik untuk mengikuti kegiatan diluar jam pelajaran yang diinginkannya atau sesuai dengan minat yang dimilikinya. Melalui bimbingan dan pelatihan guru, dapat memberikan sifat positif bagi kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler yang diminati oleh para siswa dapat diharapkan agar dapat mengasah kreatifitas dan mengembangkan potensi, minat dan bakat para siswa. Kegiatan ekstrakurikuler dapat memberikan nilai tambah yang diberikan sebagai pendamping pelajaran pada kegiatan intrakurikuler, yang dimana intrakurikuler tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah yang sudah teratur, jelas dan terjadwal dengan sistematik yang merupakan program utama dalam proses mendidik siswa. Pengertian ekstrakurikuler menurut Alwi (2002: 291) yaitu:”suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa”. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan diluar jam mata pelajaran wajib, jadi siswa di beri kebebasan untuk memilih kegiatan ekstrakurikuler yang diminatinya. Menurut Noor (2012: 75) ekstrakurikuler adalah:
“Kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah”.
Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran (tatap muka) baik dilakukan di sekolah maupun dilakukan diluar sekolah dengan maksud untuk lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya dari berbagai bidang (Usman. 1993: 22). Kegiatan ekstra kurikuler tersebut lebih menekankan pada bidang ilmu pengetahuan pada bidang keilmuan yang didapat siswa di sekolah, agar siswa lebih memahami dan mendalami ilmu yang diberikan pada saat jam pelajaran berlangsung, sehingga tidak tertinggal jauh dengan yang lain.
Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan pengetahuan, pengembangan, bimbingan dan pembiasaan siswa agar memiliki pengetahuan dasar penunjang. (Shaleh. 2005: 170)
Selanjutnya menurut Sahertian (1985: 132) mengatakan bahwa:

 kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan diluar jam pelaksanaan pelajaran (termasuk dalam waktu libur) yang dilakukan di sekolah, dengan tujuan memperluas  pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.

Sedangkan menurut Suryosubroto (1990: 58-59) kegiatan ekstra kurikuler mencakup semua kegiatan di sekolah yang tidak diatur dalam kurikulum dan sebagian dari kegiatan ekstra kurikuler dikoordinir dan dilaksanakan oleh organisasi intra sekolah.
Dari beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler tersebut merupakan suatu kegiatan kurikuler diluar jam mata pelajaran wajib dimana siswa dapat bebas untuk memilih kegitan ekstrakurikuler yang diminatinya, dan dapat menambah wawasan, bakat dan minat siswa pada mata pelajaran tertentu. Dan kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang menekankan kepada kebutuhan siswa agar menambah wawasan, sikap dan keterampilan siswa diluar jam pelajaran.
2     2.Tujuan Ekstrakurikuler
Dalam suatu kegiatan yang dilakukan tidak lepas dari aspek tujuan. Begitupula dengan kegiatan ekstra kulikuler memiliki tujuan tertentu. Mengenai tujuan kegiatan dalam ekstrakurikuler dijelaskan menurut Suryobroto (1997: 272) kegiatan ekstrakurikuler mempunyai tujuan sebagai berikut :
a.       Kegiatan ekstrakurikuler dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
b.      Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif.
c.       Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan pelajaran lainnya.

Tujuan ekstra kurikuler menurut Sutisna (1989: 69) terbagi menjadi tiga, yaitu tujuan yang bersifat individual, tujuan yang bersifat sosial dan tujuan sivic dan etis.
Adapun tujuan yang bersifat individual yaitu:

1.      Menggunakan waktu yang konstruktif
2.      Mengembangkan kepribadian
3.      Memperkaya kepribadian
4.      Mencapai realisasi diri untuk maksud-maksud baik
5.      Mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab
6.      Belajar memimpin dan turut aktif dalam pertemuan-pertemuan
7.      Menyediakan kesempatan bagi penilaian diri

Adapun tujuan yang bersifat sosial yaitu:

1.      Memberikan rekreasi mental dan fisik yang sehat
2.      Memperoleh pengalaman dalam bekerja dengan orang lain
3.      Mengembangkan tanggung jawab kelompok yang demokratis
4.      Belajar mempraktekkan hubungan manusia yang baik
5.      Memahami proses kelompok
6.      Memupuk hubungan guru-murid yang baik
7.      Menyediakan kesempatan bagi partisipasi murid-guru.
8.      Meningkatkan hubungan sosial

Adapun tujuan yang bersifat sivic dan etis yaitu:

1.      Memupuk ikatan persaudaran diantara siswa-siswi tanpa membedakan daerah, suku, agama, status ekonomi dan kesanggupan.
2.      Membangun minat dan gairah terhadap program sekolah
3.      Menyediakan sarana dimana siswa dapat menyumbang pada kesejahteraan dirinya sendiri.
Adapun tujuan kegiatan ekstrakurikuler menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994: 2) sebagai berikut:
a.       Siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan keterampilan mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya yang:
1.      beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.      berbudi pekerti luhur
3.      memiliki pengetahuan dan keterampilan
4.      sehat rohani dan jasmani
5.      berkepribadian yang mentap dan mandiri
6.      memilki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

b.      Siswa mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian serta mengaitkan pengetahuan yang diperolehnya dalam program kurikulum dengan kebutuhan dan keadaan lingkungan.

Kegiatan ekstra kurikuler yang merupakan seperangkat pengalaman belajar memiliki nilai-nilai manfaat bagi pembentukan kepribadian siswa. Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler disekolah menurut Usman (1993: 22) adalah:
1.      Kegiatan ekstra kurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
2.      Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif.
3.      Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

Dari pendapat diatas mengenai tujuan kegiatan ekstrakurikuler yang ingin dicapai yaitu untuk kepentingan para siswa. Dengan kata lain, kegiatan ekstrakurikuler membantu siswa untuk dapat mendapatkan suatu pembelajaran di luar jam mata pelajaran wajib.
3.      Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler
Noor (2012: 76) mengungkapkan pendapatnya mengenai prinsip dari kegiatan ekstrakurikuler, yaitu :
a.       Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat, dan minat peserta didik masing-masing.
b.      Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan keinginan dan diikuti secara suka rela peserta didik.
c.       Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh.
d.      Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana yang disukai dan menggembirakan peserta didik.
e.       Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil.
f.       Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.



B.     Pramuka
1.      Pengertian Pramuka
Kepramukaan merupakan proses pendidikan dalam bentuk kognitif dan psikomotorik yang menyenangkan bagi anak-anak dan pemuda dibawah tanggungjawab orang dewasa yang dilaksanakan di luar lingkungan sekolah dan keluarga, oleh karena itu kegiatan pramuka di atur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka. (Estiva. 2012: 5)
Secara harfiah pramuka dapat diartikan “paling depan”. Kata pramuka merupakan rangkaian dari kata “Pra”, Mu, Karana”. Pra yang merupakan singkatan dari kata “praja” yang berarti rakyat atau warga. Mu singkatan dari kata “Muda” yang berarti belum dewasa. Ka singkatan dari kata “karana” yang berarti perbuatan, penghasilan (http://id.wikipedia.org). Dengan demikian gerakan pramuka berarti gerakan rakyat atau warga negara yang masih muda yang sanggup dan menujuh berkarya.
Selain pengertian diatas, Baden Powell mendefinisikan kepramukaan sebagai berikut (Sunardi. 2006: 3) :
“kepramukaan ini bukan suatu ilmu yang harus dipelajari dengan tekun, bukan pula merupakan kumpulan ajaran-ajaran dan naskah-naskah dari suatu buku. Bukan! Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraanbagaikan kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan, keterampilan dan kesediaan untuk memberi pertolongan bagi yang membutuhkan”.

Tujuan gerakan pramuka mendidik dan membina kaum muda guna mengembangkan mental, sosial, moral, spiritual, emosional intelektual dan fisik sehingga menjadi manusia berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur, menjadi wara negara Indonesia yang berjiwa Pancasila, menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama bertanggung jawab untuk bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesame hidup dan alam, lingkungan baik lokal, nasional dan internasional. (Melinda. 2013: 9 - 10)
Selain pendapat-pendapat yang ditentukan oleh beberapa definisi mengenai kepramukaan, Melinda (2013: 2-3) mendefinisikan pendidikan kepramukaan adalah ;
“Pendidikan non formal yang menunjang pendidikan formal di sekolah dan pendidikan informal dalam keluarga yang bertujuan untuk mengembangkan watak dan karakter peserta didik.”
Pendidikan kepramukaan merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan kepada sejumlah peserta didik di bawah bimbingan orang dewasa dengan melalui kegiatan rekreatif, edukatif, kreatif, menantang dan menyenangkan di alam terbuka, yang dikemas dalam bentuk berbagai kegiatan sesuai dengan satuan atau golongan peserta didik. Pendidikan kepramukaan tidak membeda-bedakan ras, golongan dan suku bangsa, terbuka bagi siapapun untuk bersama-sama, belajar bersama dan membina diri bersama-sama, termasuk untuk para peserta didik yang mengalami kelainan fisik, mental, emosional dan atau sosial. Peserta didik berkebutuhan khusus sebagai anggota Pramuka memiliki hak yang sama untuk mengikuti berbagai kegiatan kepramukaan sesuai kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Dengan melalui kegiatan yang menarik dan menantang mereka dapat memperoleh pengalaman belajar yang diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam membentuk sikap, nilai-nilai kepribadian yang sesuai dengan perkembangan dan kemampuannya. (Melinda. 2013: 3)
2.      Sifat Kepramukaan
Berdasarkan resolusi komperensi kepramukaan sedunia pada tahun 1924 dikopenhage, Denmark dinyatakan bahwa kepramukaan mempunyai tiga sifat atau ciri khas yaitu (Sunardi. 2006: 4) :
a.       Bersifat nasional, maksudnya bahwa suatu organisasi yang menyelenggarakan pendidikan kepramukaan pada suatu negara harusnya menyesuaikan pendidikann yaitu dengan keadaan dan kebutuhan wilayahnya. Pendidikan dan kepramukaan disesuaikan dengan keadaan dan kepentingan masyarakat setempat. Inilah yang menyebabkan pelaksanaan pendidikan kepramukaan terkadang berbeda pada suatu daerah dengan daerah lainnya dan suatu negara dengan negara lainnya.
b.      Bersifat Internasional, maksudnya bahwa organisasi kepramukaan di negara manapun dunia ini harus membina dan mengembangkan rasa persaudaraan dan persahabatan antara sesama pramuka dan sesama manusia tanpa membedakan kepercayaan, agama, golongan, tingkat/ status sosial, suku bangsa dan bahasa.
c.       Besifat universal, maksudnya kepramukaan itu dapat berlaku untuk siapa saja serta dapat diselenggarakan dimana saja.
3.      Fungsi Kepramukaan
Adapun fungsi dari kegiatan kepramukaan yaitu (Yahya. 2009: 12-13):
a.       Kegiatan Menarik Bagi Anak dan Pemuda
Kegiatan menarik disini maksudnya kegiatan yang menyenangkan dan mengandung nilai pendidikan, bukan sebagai permainan yang mempunyai tujuan dan aturan permainan, bukan pula kegitan yang sekedar hiburan. Kegiatan menarik disini adalah kegiatan yang disajikan kepada anak dan pemuda dengan dibungkus oleh cerita atau permainan, sehingga anak dan pemuda tidak merasa adanya pembinaan langsung dari dirinya.
b.      Pengabdian dan Kewajiban Bagi Orang Dewasa
Bagi orang dewasa kepramukaan bukan lagi permainan, melainkan suatu tugas dan kewajiban yang dilakukan dengan penuh rasa keikhlasan, kerelaan dan rasa pengabdian. Orang dewasa mempunyai kewajiban secara sukarela membaktikan dirinya, mengembangan pribadi peserta didiknya, serta membawanya ketujuan gerak kepramukaan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan kepramukaan yang diterapkan disekolah akan membentuk sikap yang positif bagi siswa, utamanya dalam pembentukan sikap rasa keikhlasan, kerelaan berkorban, dan rasa pengabdian. Pengembangan sikap-sikap tersebut sangat berguna di tengah masyarakat nantinya.
c.       Alat Bagi Masyarakat dan Organisasi
 Kepramukaan merupakan alat bagi masyarakat untuk membentuk warga masyarakat yang dicita-citakan, yang diperlukan bagi perkembangan masyarakatnya. Melalui kegiatan kepramukaan para peserta didik dibina menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna bagi masyarakat setempat.
Dari uraian di atas, maka dapat dikemukakan bahwa kepramukaan merupakan suatu lembaga pendidikan yang dinamis, yang selalu bergerak mengikuti perkembangan masyarakat, bangsa, negara, dan dunia yang melakukan pendidikan kepramukaan, guna membentuk warga negara muda yang sanggup dan mampu berkarya membangun masyarakat, bangsa dan negaranya menuju cita-cita nasional yaitu membentuk masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila.
4.      Metode Kepramukaan
Melinda (2013: 26-29) mengungkapkan dalam setiap pelaksanaan kegiatan kepramukaan menggunakan metode yang meliputi :
a.       Leaning by doing
Kegiatan dalam pendidikan kepramukaan harus belajar sambil mempraktekkan, tidak membentuk teori, dengan melalui pengalaman kegiatan di alam terbuka yang menarik, menantang dan menyenangkan. Dalam kegiatan kepramukaan harus banyak praktek bukan dengan teori atau ceramah.
b.      Sistem berkelompok
Dibagi menjadi kelompok sesuai dengan satuan atau golongan berbentuk regu, barung, sangga terpisah antar putera atau putri, berkelompok untuk sebuah kegiatan dengan menggunakan sistem pangkalan, based method, dangau, dan sebagainya melalui berbagai aktifitas secara berkelompok, belajar menjadi pemimpin bertanggung jawab untuk kelompok, berupaya bahu membahu untuk mencapai tujuan.


c.       Di alam terbuka
Alam terbuka sebagai kampus tempat belajar anggota pramuka bersama dengan para Pembina secara langsung bagaimana dapat menumbuhkan kepedulian dan kecintaan terhadap lingkung dan bagaimana seorang anggota Pramuka dapat memcahkan permasalahan dan tuntutan alam yang terjadi di sekitarnya secara mandiri.
d.      Menarik dan menantang
Kegiatan harus dikemas dalam bentuk kegiatan yang menarik agar tidak membosankan dan harus selalu up to date dan bervariasi serta memantang sehingga peserta didik dipicu untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan potensi masing-masing. Mereka harus mampu berfikir dan bertindak secara tepat.
e.       Satuan terpisah
Sesuai dengan budaya bangsa kita maka dalam pengelolaan satuan dan kegiatan dipisah antara putra dan putri.
f.       Sistem Tanda Kecakapan
Untuk menunjukkan tingkat kemampuan atau kemahiran maka diberikan tanda kecakapan bagi anggota yang sudah memenuhi persyaratan kemampuan baik (SKU), Syarat Kecakapan Khusus (SKK), dan Syarat Pramuka Garuda (SPG).
g.      Sistem Among
Setiap kegiatan para pembina dalam melaksanakan kegiatan menerapkan pendekatan bimbingan dan latihan dengan ing ngarso sing tulodo (di depan memberi teladan), ing madyo mangun karso (di tengah untuk membangun karya bersama), tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan atau motivasi).
h.      Melaksanakan kode kehormatan
Kegiatan dalam kepramukaan harus mengacu pada kode kehormatan dalam Gerakan Pramuka yaitu yang disebut Dwi Satya, Dwi Darma untuk golongan siaga, Tri Setia dan Dasa Darma Penggalang, Penegak, Pandega dan anggota dewasa.
5.      Pendekatan kegiatan Pramuka
Melinda (2013: 36-37) mengungkapkan kegiatan kepramukaan biasa menggunakan pendekatan yang meliputi :
a.       Pendekatan Psikologis
Pendidikan kepramukaan bersifat sukarela, sesuai dengan kepentingan, kondisi dan situasi oleh karena itu pendidikan kepramukaan merupakan pendidikan berlaku untuk semua tidak membeda-bedakan jenis, ras dan golongan.
b.      Pendekatan Edukatif
Dalam kegiatan kepramukaan disajikan berbagai kegiatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan yang dapat mengembangkan sikap, nilai serta keterampilan dengan melalui berbagai kegiatan yang rekreatif, edukatif, di alam terbuka. Dengan melalui berbagai kegiatan peserta didik memperole pengalaman yang dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan keterampilan berupa kecakapan hidup. Kegiatan dikemas atau dibungkus dengan melaui kiasan dasar, bernuansa kepahlawanan, perjuangan, budaya yang dapat memberikan kesan moral sehingga menggerakkan jiwa dan membentuk watak.
c.       Pendekatan Rehabilitatif
Melakukan kegiatan di alam terbuka menuntut survival, pembelajaran yang sangat kaya langsung dialami dan dirasakan oleh peserta didik.
C.    Disiplin
1.      Pengertian Disiplin
Disiplin sangat penting artinya bagi kehidupan manusia, karena itulah harus ditanamkan terus menerus pada masing-masing individu. Dengan menanamkan secara terus menerus maka kedisinlinan akan menjadi kebiasaan.
Semiawan (2008: 27) disiplin merupakan pengaruh yang dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi lingkungan. Disiplin tumbuh dari kebutuhan menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat agar memperoleh sesuatu, dengan pembatasan atau peraturan yang diperlukan oleh lingkungan terhadap dirinya.
Adapun menurut Rohani dalam bukunya pengelolaan pengajaran (2004: 133) berpendapat:
“Dalam arti luas disiplin adalah mencakup setiap macam pengaturan yang ditujukan untuk membantu setiap peserta didik agar dia dapat memenuhi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan juga penting tentang penyelesaiannya tuntutan yang ini ditujukan kepada peserta didik terhadap lingkungannya.”

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa disiplin merupakan pokok dasar dari tiap-tiap organisasi (keluarga, sekolah, lingkungan dan sebagainya) dalam mempelajari tanggung jawab secara terpaksa yang harus dijalankan dengan memberikan pengawasan untuk menyesuaikan diri secara terus-menerus agar menjadi suatu kebiasaan pada individu.
2.      Tujuan Disiplin
Secara umum tujuan disiplin adalah mendidik seseorang agar dapat mengembangkan diri untuk melatih anak mengatur dirinya dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri sehingga menjadi pribadi kearah tidak ketergantungan dan mengikuti segala peraturan. Disekolah, disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku peserta didik yang di kehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal. (Rohani.2004: 134)
Bagi siswa, kedisiplinan akan dapat mempunyai pengaruh yang positif bagi kehidupan mereka setelah mereka keluar dari jenjang pendidikan dan disiplin tersebut akan tumbuh dan menjadi bekal untuk mereka dimasa yang akan datang. Dengan adanya praktek yang dilakukan siswa dalam disiplin, siswa akan terlatih dalam mengendalikan diri sehingga pada akhirnya akan terbentuk disiplin itu sendiri. Seperti dikatakan oleh Ahmad Rohani; dengan disiplin para peserta didik bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu. Kesediaan semacam ini harus dipelajari dan harus secara sabar diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau memelihara kelancaran tugas-tugas sekolah (Rohani.2004: 134). Dari pernyataan tersebut bisa dikatakan bahwa kedisiplinan digunakan unutk mengontrol tingkah laku peserta didik yang dikehendaki agar tugas-tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal.
3.     Bentuk-bentuk Pelanggaran Disiplin Siswa
Setiap sekolah memiliki peraturan dan tata tertib yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh semua siswa. Peraturan yang dibuat di sekolah merupakan kebijakan sekolah yang tertulis dan berlaku sebagai standar untuk tingkah laku siswa sehingga siswa mengetahui batasan-batasan dalam bertingkah laku. Dalam disiplin terkandung pula ketaatan dan mematuhi segala peraturan dan tanggung jawab misalnya disiplin dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini sikap patuh siswa ditunjukkan pada peraturan yang telah ditetapkan. Siswa yang disiplin belajar akan menunjukkan ketaatan dan keteraturan terhadap kegiatan pembelajarannya serta taat terhadap peraturan yang ada di sekolah. Menurut Kanisius dalam bukunya Pengelolaan Kelas yang Dinamis mengatakan; secara umum, siswa di kelas dari segi kedisiplinan dapat digolongkan menjadi dua kelompok. (Kanisius. 2007: 83)
Djamarah (2006: 201) mengatakan bentuk-bentuk pelanggaran disiplin dibedakan menjadi dua yaitu bersifat individual dan kelompok.
1.      Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin yang bersifat individual adalah sebagai berikut:
a)      Tingkah laku untuk menarik perhatian orang lain
Siswa yang bertingkah laku untuk menarik perhatian orang lain, adalah siswa yang mempunyai perasaan ingin diperhatikan, siswa tersebut biasanya berusaha mencari kesempatan pada waktu yang tepat untuk melakukan perbuatan yang dikiranya dapat menarik perhatian orang lain. Apabila perilaku tersebut tidak dapat menarik perhatian orang lain (temannya), maka ia bisa saja mencari cara lain yang brutal. Tingkah lau tersebut misalnya seperti ; membadut di kelas (aktif) atau berbuat serba lamban (pasif), sehingga siswa tersebut harus diberi bantuan ekstra.

b)      Tingkah laku untuk menguasai orang lain
Tingkah laku untuk menguasai orang lain adalah tingkah laku yang ditunjukkan oleh siswa untuk menguasai orang lain. Tingkah laku tersebut dapat bersifat aktif dan ada juga yang bersifat pasif. Perilaku yang bersifat aktif misalnya selalu mendebat atau kehilangan kendali emosional (marah-marah, menangis). Sedangkan tingkah laku yang bersifat pasif misalnya selalu lupa pada peraturan-peraturan yang sudah disepakati sebelumnya.
c)      Perilaku yang membalas dendam, dan
Siswa yang berperilaku membalas dendam adalah siswa yang merasa dirinya lebih kuat, dan yang menjadi sasaran adalah orang yang lebih lemah. Tingkah laku seperti ini di antaranya mengatai, mengancam, mencubit, memukul, menendang, dan sebagainya.
d)     Peragaan ketidakmampuan.
Peragaan ketidakmampuan disini maksunya adalah siswa yang tidak mau tahu (masa bodoh) terhadap pekerjaan apapun, misalnya menolak mentah-mentah untuk melakukan suatu pekerjaan, karena ia yakin akan menemui kegagalan. Kalaupun mau, ia melakukan tidak dengan sepenuh hati bahkan cenderung berusaha menyontek hasil pekerjaan teman yang ada di sampingnya.
2.      Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin yang bersifat kelompok adalah sebagai berikut:


a)      Kelas kurang kohesif (akrab),
Hubungan antarsiswa kurang harmonis yang dapat memunculkan kelompok yang tidak bersahabat. Persaingan yang tidak sehat di antara kelompok menimbulkan keonaran-keonaran yang dapat menyebabkan proses pembelajaran mengalami hambatan. Terjadi kurang kohesifan atau keakraban biasanya disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin, suku, tingkat sosial ekonomi, dan atau kekeliruan dalam setiap kegiatan.
b)      Kesebalan terhadap norma-norma yang telah disepakati sebelumnya,
Tingkah laku yang secara sengaja dilakukan oleh siswa untuk melanggar norma-norma yang disepakati sebelumnya, apabila berhasil, siswa yang melakukannya merasa senang, tidak perduli orang merasa terganggu karena perbuatannya itu.
c)      Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggota,
d)     Menyokong anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok,
e)      Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru karena dianggap tugas yang di berikannya kurang wajar, dan,
f)       Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang baru.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa segala bentuk pelanggaran disiplin terjadi karena kurang efektifnya tata tertib di lingkungan sekolah tersebut. Untuk menjadikan peserta didik dalam suatu lingkungan sekolah tetap tertib, terjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan maka diperlukan adanya tata tertib sekolah yang tertulis agar kedisiplinan siswa tetap terjaga.

IV.  KERANGKA PIKIR
Kerangka pikir merupakan langkah untuk mengarahkan penelitian. Berdasarkan pada kerangka itu, maka diperoleh data sebagai berikut, pada SMA Negeri 1 Mattirobulu terdapat empat kegiatan ekstrakurikuler diantaranya yaitu PMR, Pramuka, Olahraga, dan Seni. Ekstrakurikuler yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Dengan adanya kegiatan pramuka ini diharapkan siswa dapat membentuk sikap kedisiplinannya.
Siswa merupakan salah satu objek penting dalam sekolah. Kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh sekolah baik itu intra maupun ekstra dapat menggali potensi yang dimiliki oleh siswa dan juga membentuk kedisiplinan siswa tersebut. Berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh siswa dimaksudkan agar membantu pihak sekolah dalam pengembangan kedisiplinan peserta didiknya. Namun dalam penelitian ini, difokuskan pada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dalam kegiatan pramuka yang dapat mengembangkan kedisiplinan siswa. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada skema kerangka pikir sebagai berikut.    

Pramuka
Kedisiplinan Siswa
Kegiatan Ekstrakurikuler
Siswa
Kegiatan Ekstrakurikuler
Siswa
Kegiatan Ekstrakurikuler
Siswa
 






Gambar 1. Skema kerangka pikir


V.    METODE PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif  yaitu suatu metode dalam  meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat men`genai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. (Nasir. 2005: 54). Jadi pada dasarnya, penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang diikuti oleh siswa untuk mengembangkan karakter kedisiplinan siswa di SMA Negeri 1 Mattirobulu.

B.     Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah suatu tempat atau wilayah dimana penelitian tersebut akan dilaksanakan. Adapun tempat penelitian ini yaitu di Kab. Pinrang Kec. Mattirobulu tepatnya di SMA Negeri 1 Mattirobulu.

C.    Deskripsi Fokus Penelitian
Untuk menyamakan persepsi terhadap variable yang hendak di teliti maka dibuat deskripsi fokus sebagai berikut :
a.       Kegiatan Ekstrakurikuler : kegiatan tambahan diluar struktur program, yang pada umumnya merupakan kegiatan pilihan.
b.      Pramuka : Gerakan pendidikan untuk kaum muda yang bersifat sukarela, nonpolitik, terbuka untuk semua tanpa membedakan asal usul, ras, suku, dan agama.
c.       Kedisiplinan : peraturan-peraturan yang dipelajari secara terpaksa untuk dijalankan dengan memberikan pengawasan untuk menyesuaikan diri secara terus menerus agar menjadi suatu kebiasaan pada siswa.
Sebagai kesimpulan, Dampak kegiatan ekstrakurikuler dalam pengembangan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 1 Mattirobulu yaitu suatu kegiatan yang dilakukan diluar jam mata pelajaran terstruktur yang merupakan kegiatan ekstrakurikuler dan terkhusus dalam kegiatan kepramukaan diharapkan dapat mengembangkan kedisiplinan siswa.

D.    Informan Penelitian
Penentuan informan pada penelitian  ini diambil dari sasaran dan subjek yang telah ditentukan dalam kriteria tertentu. Sasaran dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Mattirobulu kab.Pinrang dengan jumlah 85 Siswa yang terdiri dari 3 kelas. Adapun Subjek diambil dari sebagian sasaran yakni siswa kelas XI IPS yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di SMA Negeri 1 Mattirobulu dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut :
1.      Siswa kelas XI IPS yaitu kelas XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3.
2.      Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka.

E.     Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.      Observasi
Arikunto (1997: 204) memberikan penjelasan bahwa:
“Metode obsevasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang akan diteliti. Dimana dilakukan pengamatan atau pemusatan perhatian terhadap objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobsevasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran dan pengecap”.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data variabel kegiatan ekstrakurikuler pramuka dalam pengembangan karakter siswa di SMA Negeri 1 Mattirobulu terdiri dari data tentang kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang diikuti oleh siswa kelas XI IPS.
2.      Wawancara
Esterberg (2002) dalam (Sugiyono. 2010:231) menjelaskan bahwa :
“Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab , sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu.”
Dengan demikian, teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti bersumber dari pedoman yang telah dibuat sebagaimana yang dipaparkan oleh Nasir (2005 : 193) yang mengatakan bahwa :
”Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara”

Penggunakan teknik ini dimaksudkan untuk menggali dan mendalami hal-hal penting yang berhubungan langsung dengan masalah yang dikaji dalam proposal atau mendapatkan jawaban yang lebih detail atas suatu persoalan.
Wawancara dengan siswa-siswa di SMA Negeri 1 Mattirobulu dilakukan untuk menggali informasi tentang kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan melakukan wawancara dengan Pembina kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Data atau informasi yang diperoleh akan dipadukan dengan data hasil observasi sehingga dapat dilihat apakah ada kesesuaian antara apa yang disampaikan oleh siswa dengan kegiatan yang diikuti.
Pada saat melakukan wawancara penulis atau pengamat telah melakukan daftar pertanyaan seputar kegiatan ekstrakurikuler.
3.      Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Pengumpulan data yang diambil untuk mendapatkan data yang berkenaan dengan tujuan penelitian terutama kegiatan ekstrakurikuler dalam pengembangan karakter siswa. Dokumen ini merupakan data-data tentang data-data sekolah, data-data siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SMA Negeri 1 Mattirobulu.

F.     Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari hasil penelitian disusun secara sistematis kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis kualitatif. Metode analisis data adalah suatu metode dimana data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dikelompokkan dan dipilih, kemudian dihubungkan dengan masalah yang akan diteliti menurut kualitas dan kebenarannya, sehingga akan dapat menjawab permasalahan yang ada. Kemudian hasil analisis dipaparkan secara deskriptif, yaitu dengan cara menjelaskan, menguraikan dan menggambarkan permasalahan serta penyelesaiannya yang berkaitan erat dengan penulisan ini.
Dengan demikian teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan proses pemilihan data-data yang dikumpulkan dan memfokuskan data sesuai dengan penelitian. Penyajian data berupa data-data yang disajikan dalam bentuk tabel untuk memudahkan peneliti dalam menentukan kesimpulan. Penarikan kesimpulan yaitu data yang diperoleh disedarhanakan secara singkat dan ringkas sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian.

G.    Teknik Keabsahan Data
Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas yang terdiri dari beberapa bagian. Namun penelitian ini menggunakan teknik tranggulasi. Tranggulasi adalah teknik yang digunakan untuk pengecekan data dari berbagai sumber dengan beberapa syarat dan berbagai waktu. Dengan demikian bentuk trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Trianggulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

H.    Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No
Keterangan
Bulan I
Bulan II
Bulan III
Bulan IV
Minggu
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Tahap Persiapan
















2.
Pengumpulan Data
















3.
Pengolahan dan analisis data
















4.
Penulisan Skripsi
















5.
Penggandaan





















DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2013. Buku Panduan internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta:Diva Press

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Pedoman Pelaksanaan Organisasi Sekolah. Semarang: Depdikbud.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Azwan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta

Estiva. 2012. Peranan Gerakan Pramuka Terhadap Peningkatan Kesadaran Bela Negara Pada Siswa SMP Negeri 5 Anggeraja Kabupaten Enrekang. Universitas Negeri Makassar

Hidayatullah, M. Furqon. 2010. Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka

Kanisius. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: KANISIUS Anggota IKAPI

Melinda, Elly Sri. 2013. Pendidikan Pramuka Implementasi pada Pendidikan Khusus. Jakarta: Luxima

Muslich, Mansur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara

Nasir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia

Sahertian, A. Piet. 1985. Dimensi Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Noor, Rohinah M.  2012. The Hidden Curriculum Membangun Karakter Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler. Yogyakarta: Insan Madani

Semiawan, Conny. 2008. Penerapan Pembelajaran pada Anak. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang

Shaleh, Abdul Rachmad. 2005. Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa. Jakarta: PT.Grafinda Persada

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sutisna, Oteng. 1989.Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa

Sunardi, Andri BOB. 2006. Boyman Ragam Latihan Pramuka. Bandung: Nuansa Muda

Suryosubroto, 1990. Tatalaksana Kurikulum. Jakarta:Rineka Cipta

___________. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jak         arta: Rineka Cipta

Usman, Muh. Uzer & Setiawan Lilis. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda karya

Yahya, Muhammad. 2009. Hubungan Intensitas Kegiatan Ekstrakurikuler dengan Prestasi Belajar PKn Di SMA Negeri 1 Bontolempangan Kabupaten Gowa. Universitas Negeri Makassar

Wikipedia. Gerakan Pramuka Indonesia. (http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan PramukaIndonesia) diakses pada tanggal 14 Feb 2014


WordPress. Taman Pramuka. (https://semboyan.wordpress.com) diakses pada tanggal 15 Feb 2014

0 komentar:

Posting Komentar