Sabtu, 30 Agustus 2014

KUMPULAN MAKALAH
SOSIOLOGI
KEPENDUDUKAN
Tim Editor

Tiny K, Mulhy, Risma, Rosni, Henri

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2013-2014




KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkah hidayahnya, taufik, dan hikma-nya, penulis dapat menyelesaikan tulisan ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Kependudukan.
Penulis menghatarkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ayahanda Bapak H. Supriadi Torro., S.Pd.,M.Si Selaku dosen pembimbing mata kuliah ini dan berkat doa tulusnya, penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan tugas Akademik tepat waktunya.
Kami tak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun material hingga tulisan ini dapat diselesaikan. Semoga Allah SWT berkenang menilai segala kebajikan sebagai amal jariah, memberikan rahmat dan pahala-Nya dalam menyelesaikan tulisan ini.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Citra Guru Profesional. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran  dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridohai segala usaha kita. Amin.
Makassar,   Januari 2014

Tim Editor
DAFTAR ISI
                                                                                                       
KATA  PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I                                                                                                            
PANDANGAN AHLI TENTANG KEPENDUDUKAN........................................1
BAB II
GAGASAN THOMAS MALTHUS TENTANG KEPENDUDUKAN...............................................................................................12
BAB III
SOSIOLOGI KELAHIRAN..................................................................................27
BAB IV
SOSIOLOGI KEMATIAN....................................................................................53
BAB V
KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN DARI WAKTU
KEWAKTU............................................................................................................74
BAB VI
KELUARGA BERENCANA DAN ALAT
KONTRASEPSI...................................................................................................101
BAB VII
PROSPEK LEMBAGA KEPENDUDUKAN DI ERA
OTONOMI DAERAH.........................................................................................127

BAB  I

PANDANGAN PARA AHLI SOSIOLOGI TENTANG
TEORI KEPENDUDUKAN
A.    PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
Penduduk adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dalam satu wilayah tertentu yang relative lama dan pertumbuhan pertambahan penduduknya dapat dipengaruhi oleh angka kelahiran dan usia hidup manusian itu sendiri dan juga dapat ditunjang dengan adanya mobilitas social dan perkawinan yang terjadi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam wilayah tersebut.( Horton, Paul B. 1984)
Berbicara tentang masalah kependudukan maka orang yang pertama mengemukakan tentang teori kependudukan adalah seorang pendeta dan juga ahli politik ekonomi bangsa inggris yaitu Thomas Malthus yang pertama menerbitkan buku tentang teori kependudukan dengan judul bukunya yaitu “Essay  On The Principle Of Population” pada tahun 1978. Dimana dalam buku itu Malthus mengemukakan dua pokok pendapatnya yaitu:
1)      Bahan makanan adalah penting untuk kehidupan manusia
2)      Nafsu manusia tak dapat ditahan
Pendapat lain juga yang dikemukakan oleh Malthus bahwa pertumbuhan penduduk lebih cepat dibanding dengan bahan makanan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia dan apa bila pertumbuhan penduduk lebih cepat di banding makanan maka akan sangat berakibat buruk bagi manusia dalam hal pemenuhan kebutuhannya.
Toeri yang dikemukakan oleh Malthus disini sangat berbeda dengan teori- toeri yang dikemukakan oleh ahli – ahli sesudah Malthus yaitu Kalr Marx dan Friedrich Engels,John Stuart Mill,Arsene Dumont,dan Emile Durkheim yang sangat tidak sepakat dengan teori Malthus yang secara tidak langsung ingin membatasi jumlah kelahiran yang sangat bertentang dengan hati nurani setiap manusia manusia. Ahli-ahli setelah Malthus berpendapat bahwa pembatasan terhadap jumlah kelahiran manusia sangat tidak manusiawi.

2.    Pengertian Kependudukan
Demografi berasal dari kata Yunani demos – penduduk dan Grafien – tulisan atau dapat diartikan tulisan tentang kependudukan adalah studi ilmiah tentang jumlah, persebaran dan komposisi kependudukan serta bagaimana ketiga faktor tersebut berubah dari waktu ke waktu. studi kependudukan mempelajari secara sistematis perkembangan, fenomena dan masalah-masalah penduduk dalam kaitannya dengan situasi sosial di sekitarnya.( Mantra,Ida Bagoes.2003)
Dalam mempelajari demografi tiga komponen terpenting yang perlu selalu kita perhatikan, cacah kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan migrasi. Sedangkan dua faktor penunjang lainnya yang penting ialah mobilitas sosial dan tingkat perkawinan. Ketiga komponen pokok dan dua faktor penunjang kemudian digunakan sebagai variabel (perubah) yang dapat menerangkan hal ihwal tentang jumlah dan distribusi penduduk pada tempat tertentu, tentang pertumbuhan masa lampau dan persebarannya. Tentang hubungan antara perkembangan penduduk dengan berbagai variabel (perubah) sosial, dan tentang prediksi pertumbuhan penduduak di masa mendatang dan berbagai kemungkinan akibat-akibatnya.
 Berbagai macam informasi tentang kependudukan sangat berguna bagi berbagai pihak di dalam masyarakat.Bagi pemerintah informasi tentang kependudukan sangat membantu di dalam menyusun perencanaan baik untuk pendidikan, perpajakan, kesejahteraan, pertanian, pembuatan jalan-jalan atau bidang-bidang lainnya. Bagi sektor swasta informasi tentang kependudukan juga tidak kalah pentingnya. Para pengusaha industri dapat menggunakan informasi tentang kependudukan untuk perencanaan produksi dan pemasaran. (Wirosunarjo,Kartomo dan Eko Ganiator)

3.    Aliran Marxist (Karl Marx dan Fried Engels)
Aliran ini tidak sependapat dengan Malthus (bila penduduk  tidak dibatasi penduduk akan kekurangan makanan). Karl Marx dan Friedrich Engels (1834) adalah generasi sesudah Maltus. Paham Marxist umumnya tidak setuju dengan pandangan Maltus, karena menurutnya paham Maltus bertentangan dengan nurani manusia.Dasar Pegangan Marxist adalah beranjak dari pengalaman bahwa manusia sepanjang sejarah akan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Beda pandangan Marxist dan Maltus adalah pada “Natural Resource” tidak bisa dikembangkan atau mengimbangi kecepatan pertumbuhan penduduk.Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis). Marxist juga berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk.
Pendapat Aliran Marxist yaitu:
1)      Populasi manusia tidak menekan makanan, tapi mempengaruhi kesempatan kerja.
2)      Kemeralatan bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk, tapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak para buruh
3)      Semakin tinggi tingkat populasi manusia, semakin tinggi produktifitasnya, jika teknologi tidak menggantikan tenaga manusia sehingga tidak perlu menekan jumlah kelahirannya, ini berarti ia menolak teori Malthus tentang moral restraint untuk menekan angka kelahiran.
 Menurut Marx, kemelaratan terjadi bukan disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat, tetapi karena kesalahan masyarakat itu sendiri seperti yang terdapat pada negara-negara kapitalis. Kaum kapitalis akan mengambil sebagian pendapatan dari buruh sehingga menyebabkan kemelaratan buruh tersebut.
Marx juga mengatakan bahwa, kaum kapitalis membeli mesin-mesin untuk menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh kaum buruh. Jadi penduduk yang melarat bukan disebabkan karena kekurangan bahan pangan, akan tetapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian dari pendapatan kaum buruh yang dihasilkan. Jadi, menurut Marx dan Engels sistem kapitalis yang meneyebabkan kemelaratan tersebut, dimana kaum pemilik modal menguasai alat-alat produksi. Maka menurut Marx untuk mengatasi hal-hal tersebut maka struktur masyarakat harus diubah dari sistim kapitalis menjadi sistim sosialis.
Menurut Marx dalam sistem sosialis alat-alat produksi di kuasai oleh buruh, sehingga gaji buruh tidak akan terpotong. Buruh akan menikmati seluruh hasil kerja mereka dan oleh karena itu masalah kemelaratan akan dapat dihapuskan. Marx juga mengatakan bahwa semakin banyak jumlah manusia, semakin tinggi hasil produktivitasnya, jadi tidak perlu diadakan pembatasan pertumbuhan penduduk. Marx dan Engel menentang usaha-usaha moral restraint  yang dicetuskan oleh Malthus.
            Dalam hal ini pendapat Marx banyak yang menganutnya seperti halnya dengan Malthus. Setelah Perang Dunia II dunia dibagi menjadi tiga kelompok; pertama, negara-negara kapitalis yang umumnya cenderung membenarkan teori Malthus seperti Amerika Serikat, Ingris, Prancis, Australia, Canada, dan Amerika latin; kedua, negara yang menganut sistem sosial, seperti Uni Soviet, negara-negara Eropa Timur, Republik Rakyat Cina, Korea Utara dan Vietnam; ketiga, negara-negara nonblok seperti India, Mesir dan Indonesia.
Beberapa kritik yang telah dilontarkan terhadat teori Marx ini diantaranya adalah sebagai berikut: Marx menyatakan bahwa hukum kependudukan di negara sosialis merupakan antithesa hukum kependudukan di negara kapitalis. Menurut hukum ini apabila di negara kapitalis tingkat kelahiran dan tingkat kematian sama-sama rendah maka di negara sosialis akan terjadi kebalikannya yaitu tingkat kelahiran dan tingkat kematian sama-sama tinggi. Namun kenyatanya tidaklah demikian, tingakat pertumbuhan penduduk di negara Uni Soviet hampir sama dengan negara-negara maju yang sebagian besar merupakan negara kapitalis.(Novi hariyanti.2012)

4.      Aliran Kontenporer
a.    John Stuart Mill
John Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan Inggris yang dapat menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan penduduk melampaui laju pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu aksioma. Namun demikian dia berpendapat bahwa pada situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya. Selanjutnya ia mengatakan apabila produktivitas seorang tinggi ia cenderung ingin memiliki keluarga kecil. Dalam situasi seperti ini fertilitas akan rendah. Jadi taraf hidup (standard of living) merupakan determinan fertilitas. Tidaklah benar bahwa kemiskinan tidak dapat dihindarkan (seperti dikatakn Malthus) atau kemiskinan itu disebabkan karena sistem kapitalis (seperti pendapat Marx) dengan mengatakan “The niggardline of nature, not the injustice of society is the cause of the penalty attached to everpopulation (Week, 1992). Kalau suatu waktu di suatu wilayah terjadi kekurangan bahan makanan, maka keadaan ini hanyalah bersifat sementara saja. Pemecahannya ada dua kemungkinan yaitu : mengimpor bahan makanan, atau memindahkan sebagian penduduk wilayah tersebut ke wilayah lain.
Memperhatikan bahwa tinggi rendahnya tingkat kelahirann ditentukan oleh manusia itu sendiri, maka Mill menyarankan untuk meningkatkan tingkat golongan yang tidak mampu. Dengan meningkatnya pendidikan penduduk maka secara rasional mereka mempertimbangkan perlu tidaknya menambah jumlah anak sesuai dengan karier dan usaha yang ada. Di sampan itu Mill berpendapat bahwa umumnya perempuan tidak menghendaki anak yang banyak, dan apabila kehendak mereka diperhatikan maka tingkat kelahiran akan rendah.
b.    Arsene Dumont
Arsene Dumont seorang ahli demogrfi bangsa Perancis yang hidup pada akhir abad ke-19. Pada tahun 1980 dia menulis sebuah artikel berjudul Depopulation et Civilization. Ia melancarkan teori penduduk baru yang disebut dengan teori kapilaritas sosial (theory of social capilarity). Kapilaritas sosial mengacu kepada keinginan seseorang untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat, misalnya: seorang ayah selalu mengharapkan dan berusaha agar anaknya memperoleh kedudukan sosial ekonomi yang tinggi melebihi apa yang dia sendiri telah mencapainya. Untuk dapat mencapai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, keluarga yang besar merupakan beban yang berat dan perintang. Konsep ini dibuat berdasarkan atas analogi bahwa cairan akan naik pada sebuah pipa kapiler.
Teori kapilaritas sosial dapat berkembang dengan baik pada negara demokrasi, dimana tiap-tiap individu mempunyai kebebasan untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat. Di negara Perancis pada abad ke-19 misalnya, dimana system demokrasi sangat baik, tiap-tiap orang berlomba mencapai kedudukan yang tinggi dan sebagai akibatnya angka kelahiran turun dengan cepat. Di negara sosialis dimana tidak ada kebebasan untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat, system kapilaritas sosial tidak dapat berjalan dengan baik.
c.    Emile Durkheim
Emile Durkheim adalah seorang ahli sosiologis Perancis yang hidup pada akhir abad ke-19. Apabila Dumont menekankan perhatiannya pada faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, maka Durkheim menekankan perhatiannya pada keadaan akibat dari adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi (Weeks, 1992). Ia mengatakan, akibat dari tingginya pertumbuhan penduduk, akan timbul persaingan diantara penduduk untuk dapat mempertahankan hidup. Dalam memenangkan persaingan tiap-tiap orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilan, dan mengambil spesialisasi tertentu, keadaan seperti ini jelas terlihat pada kehidupan masyarakat perkotaan dengan kehidupan yang kompleks.
Apabila dibandingkan antara kehidupan masyarakat tradisional dan masyarakat perkotaan, akan terlihat bahwa pada masyarakat tradisional tidak terjadi persaingan dalam memperoleh pekerjaan, tetapi pada masyarakat industri akan terjadi sebaliknya. Hal ini disebabkan ada masyarakat industri tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduknya tinggi. Tesis dari Durkheim ini didasarkan atas teori evolusi dari Darwin dan juga pemikiran dari Ibn Khaldun. (Novi hariyanti.2012)

5.      Kritikan Terhadap Teori Kependudukan
Menurut saya pendapat yang dikemukakan oleh aliran marxis yang mengatakan bahwa  paham Maltus bertentangan dengan nurani manusia kurang tepat karena walaupun manusia berdasarkan pengalaman sepanjang sejarah akan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman namun ketika jumlah penduduk tidak dibatasi dan tidak terkontrol, maka akan terjadi ledakan jumlah penduduk dan jumlah persediaan bahan makanan tidak akan mampu memenuhi itu semua. Jika sudah terjadi seperti itu tingkat kriminalitas dan premanisme akan meningkat akibat dari faktor perebutan makanan. Banyaknya orang yang menjadi pengangguran menjadi faktor pendorong yang sangat besar untuk seseorang berbuat kriminalitas dan premanisme demi untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka masing-masing.
            Menurut pendapat saya dalam aliran kontenporer setuju akan adanya pembatasan jumlah penduduk karna pertumbuhan penduduk yang meningkat dapat berpengaruh terhadap persedian bahan makanan seperti yang dikemukakan oleh malhtus dan juga akan berpengaruh terhadap tingkat persaingan dalam mendapatkan kedudukan dan persaingan dalam mempertahankan hidup. Akan tetapi dengan membatasi tingkat kelahiran atau pertambahan jumlah penduduk secara tidak langsung sudah melanggar hak asasi manusia yang mana sangat tidak sesuai dengan hati nurani  yang pada dasarnya  ingin mempunyai banyak keturunan.
DAFTAR PUSTAKA

Hariyanti ,Novi .2012 dalam jurnal  Teori Kependudukan

Horton, Paul B. 1984. Sosiologi, Jakarta: Erlangga

Mantra,Ida Bagoes.2003.Demografi Umum.Yokyakarta:Pustaka Pelajar

Wirosunarjo,Kartomo dan Eko Ganiator.1966 ”kebijakan Kependudukan”dalam Dasar-dasar Demografi.Jakarta:Lembaga Demografi

0 komentar:

Posting Komentar