Pendahuluan
Dalam tahun-tahun belakangan ini telah terjadi pergeseran
paradigma dalam pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme. Menurut
pandangan ini bahwa pengetahuan tidak begitu saja bisa ditransfer oleh guru ke
pikiran siswa, tetapi pengetahuan tersebut dikonstruksi di dalam pikiran siswa
itu sendiri. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa (teacher centered), tetapi yang lebih
diharapkan adalah bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Dalam kondisi
seperti ini, guru atau pengajar lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator
pembelajaran. Jadi, siswa atau pebelajar sebaiknya secara aktif berinteraksi
dengan sumber belajar, berupa lingkungan. Lingkungan yang dimaksud (menurut
Arsyad, 2002) adalah guru itu sendiri, siswa lain, kepala sekolah, petugas
perpustakaan, bahan atau materi ajar (berupa buku, modul, selebaran, majalah,
rekaman video, atau audio, dan yang sejenis), dan berbagai sumber belajar serta
fasilitas (OHP, perekam pita audio dan video, radio, televisi, komputer, perpustakaan,
laboratorium, pusat-pusat sumber belajar, termasuk alam sekitar).
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut di atas, maka
proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu
proses penyampaian pesan (isi atau materi ajar) dari sumber pesan melalui
saluran/media tertentu ke penerima pesan (siswa/pebelajar atau mungkin juga
guru). Penyampaian pesan ini bisa dilakukan melalui simbul-simbul komunikasi
berupa simbul-simbul verbal dan non-verbal atau visual, yang selanjutya ditafsirkan
oleh penerima pesan (Criticos, 1996). Adakalanya proses penafsiran tersebut
berhasil dan terkadang mengalami kegagalan. Kegagalan ini bisa saja disebabkan
oleh beberapa faktor, misalnya adanya hambatan
psikologis (yang menyangkut minat, sikap, kepercayaan, inteligensi,
dan pengetahuan), hambatan fisik
berupa kelelahan, keterbatasan daya alat indera, dan kondisi kesehatan penerima
pesan. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah hambatan kultural (berupa perbedaan adat istiadat,
norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan), dan hambatan lingkungan yaitu hambatan yang
ditimbulkan oleh situasi dan kondisi keadaan sekitar (Sadiman, dkk., 1990).
Untuk mengatasi kemungkinan hambatan-hambatan yang
terjadi selama proses penafsiran dan agar pembelajaran dapat berlangsung secara
efektif, maka sedapat mungkin dalam penyampaian pesan (isi/materi ajar) dibantu
dengan menggunakan media pembelajaran. Diharapkan dengan pemanfaatan sumber
belajar berupa media pembelajaran, proses komunikasi dalam kegiatan belajar
mengajar berlangsung lebih efektif (Gagne, 1985) dan efisien.
Perkembangan ilmu dan teknologi semakin mendorong
usaha-usaha ke arah pembaharuan dalam memanfaatkan hasil-hasil teknologi dalam
pelaksanaan pembelajaran. Dalam melaksanakan tugasnya, guru (pengajar)
diharapkan dapat menggunakan alat atau bahan pendukung proses pembelajaran,
dari alat yang sederhana sampai alat yang canggih (sesuai dengan perkembangan
dan tuntutan jaman). Bahkan mungkin lebih dari itu, guru diharapkan mampu
mengembangkan keterampilan membuat media pembelajarannya sendiri. Oleh karena
itu, guru (pengajar) harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pembelajaran, yang meliputi (Hamalik, 1994): (i) media sebagai
alat komunikasi agar lebih mengefektifkan proses belajar mengajar; (ii) fungsi
media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan; (iii) hubugan antara metode
mengajar dengan media yang digunakan; (iv) nilai atau manfaat media dalam
pengajaran; (v) pemilihan dan penggunaan media pembelajaran; (vi) berbagai jenis
alat dan teknik media pembelajaran; dan (vii) usaha inovasi dalam pengadaan
media pembelajaran.
Berdasarkan deskripsi di atas, maka media adalah bagian
yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari proses pembelajaran, terutama
untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, lebih jauh
perlu dibahas tentang arti, posisi, fungsi, klasifikasi, dan karakteristik
beberapa jenis media, untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman sebelum
menggunakan atau mungkin memproduksi media pembelajaran.
Pembahasan
Media pembelajaran merupakan komponen instruksional yang
meliputi pesan, orang, dan peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke
dalam dunia pendidikan (misalnya teori/konsep baru dan teknologi), media
pendidikan (pembelajaran) terus mengalami perkembangan dan tampil dalam
berbagai jenis dan format, dengan masing-masing ciri dan kemampuannya sendiri.
Dari sinilah kemudian timbul usaha-usaha untuk melakukan klasifikasi atau
pengelompokan media, yang mengarah kepada pembuatan taksonomi media
pendidikan/pembelajaran.
Ada beberapa cara untuk menggolongkan atau
mengklasifikasikan media pembelajaran dengan dasar pertimbangan tertentu.
Pengolongan media ini dapat juga dilakukan dengan berdasarkan pada ruang lingkup
pengertian media menurut para ahli yang mengemukakannya. Berikut klasifikasi
media pembelajaran menurut beberapa ahli:
A. Henrich, dkk
Menggolongkan
menggolongkan media pembelajaran terdiri dari:
1.
Media Visual
a)
Media
yang tidak diproyeksikan
Media
realita adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang
kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke obyek. Kelebihan dari media
realita ini adalah dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Misal untuk
mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem,
dan organ tanaman.
b) Model
Model
adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau
pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model untuk mengatasi
kendala tertentu sebagai pengganti realia. Misal untuk mempelajari sistem
gerak, pencernaan, pernafasan, peredaran darah, sistem ekskresi, dan syaraf
pada hewan.
c)
Media Grafis
Media
grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol
visual. Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian
pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan
jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal.
2.
Media Proyeksi
a)
Transparansi OHP
Transparansi
OHP merupakan alat bantu mengajar tatap muka sejati, sebab tata letak ruang
kelas tetap seperti biasa, guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus
membelakangi siswa). Perangkat media transparansi meliputi perangkat lunak
(Overhead transparancy / OHT) dan perangkat keras (Overhead projector / OHP).
b) Film bingkai / slide
Film
bingkai / slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi
bingkai 2X2 inci. Dalam satu paket berisi beberapa film bingkai yang terpisah
satu sama lain. Manfaat film bingkai hampir sama dengan transparansi OHP, hanya
kualitas visual yang dihasilkan lebih bagus. Sedangkan kelemahannya adalah
beaya produksi dan peralatan lebih mahal serta kurang praktis. Untuk menyajikan
dibutuhkan proyektor slide.
3.
Media Audio
a)
Radio
Radio
merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk mendengarkan
berita yang bagus dan aktual, dapat mengetahui beberapa kejadian dan
peristiwa-peristiwa penting dan baru, masalah-masalah kehidupan dan sebagainya.
Radio dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang cukup efektif.
b) Kaset-Audio
Yang
dibahas disini khusus kaset audio yang sering digunakan di sekolah.
Keuntungannya adalah merupakan media yang ekonomis karena biaya pengadaan dan
perawatan murah.
4.
Media
Audio-Visual
a)
Media video
Merupakan salah satu
jenis media audio visual, selain film. Yang banyak dikembangkan untuk keperluan
pembelajaran, biasa dikemas dalam bentuk VCD.
b)
Media computer
Media ini memiliki semua
kelebihan yang dimiliki oleh media lain. Selain mampu menampilkan teks, gerak,
suara dan gambar, komputer juga dapat digunakan secara interaktif, bukan hanya
searah. Bahkan komputer yang disambung dengan internet dapat memberikan
keleluasaan belajar menembus ruang dan waktu serta menyediakan sumber belajar
yang hampir tanpa batas.
B.
Kemp & Dayton (1985)
Mengelompokkan media ke dalam delapan jenis, yaitu:
1.
Media cetakan
Yaitu
meliputi bahan-bahan yang disiapkan di atas kertas untuk pengajaran dan
informasi. Misalnya buku teks, lembaran penuntun, penuntun belajar, penuntun
instruktur, brosur, dan teks terpogram.
2.
Media pajang
Pada
umumnya digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi di depan kelompok
kecil. Misalnya papan tulis, flip chart, papan magnet, papan kain, papan
buletin, dan pameran.
3.
OHP dan transparansi
Transparansi
yang diproyeksikan adalah visual baik berupa huruf, lambang, gambar, grafik
atau gabungannya pada lembaran tembus pandang atau plastik yang dipersiapkan
untuk diproyeksikan ke sebuah layar atau dinding.
4.
Rekaman audiotape
Pesan
dan isi pelajaran dapat direkam pada tape magnetik sehingga hasil rekaman itu
dapat diputar kembali pada saat diinginkan.
5.
Seri slide (film bingkai) dan
filmstrips
Adalah
suatu film transparansi yang berukuran 35 mm dengan bingkai 2 x 2 inci. Bingkai
tersebut terbuat dari karton atau plastik. Film bingkai diproyeksikan melalui
slide proyektor. Program kombinasi film bingkai bersuara pada umumnya berkisar
10 sampai 30 menit dengan jumlah gambar 10 sampai 100 buah.
6.
Penyajian multi-image
Media
berbasis visual (image atau perumpamaan) dapat memberikan hubungan antara isi
materi pelajaran dengan dunia nyata. Bentuk visualnya berupa gambar
representasi seperti gambar, lukisan atau foto yang menununjukkan bagaimana
suatu benda. Diagram yang melukiskan hubungan konsep, organisasi, dan struktur
materi.
7.
Rekaman video dan film hidup
Film
atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame di mana frame demi frame
diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar
terlihat gambar hidup.
8.
Komputer
Mesin
yang dirancang khusus untuk memanipulasi yang diberi kode, mesin elektronik
yang otomatis melakukan pekerjaan dan perhitungan sederhana dan rumit. satu
unit komputer terdiri atas empat komponen dasar, yaitu input (keybord dan
writing pad), prosesor (CPU: unit pemroses data yang diinput), penyimpanan data
(memori permanen/ROM, sementara RAM), dan output (monitor, printer).
C.
Rudy
Bretz
Mengklasifikasikan media
berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual (berupa gambar, garis, dan
simbol), dan gerak. Di samping itu juga, bretz membedakan antara media siar
(telecommunication) dan media rekam (recording). Dengan demikian, media menurut
taksonomi bretz dikelompokkan menjadi 8 kategori:
1.
Media
audio
2.
Media
cetak
3.
Media
visual diam
4.
Media
visual gerak
5.
Media
audio semi gerak
6.
Media
visual semi gerak
7.
Media
audio visual diam
8.
Media
audio visual gerak
D.
Anderson
Menggolongkan menjadi 10 media:
1.
Audio : kaset audio,
siaran radio, cd, telepon
2.
Cetak : buku pelajaran,
modul, brosur, leaflet, gambar
3.
Audio-cetak : kaset audio
yang dilengkapi bahan tertulis
4.
Proyeksi visual diam :
overhead transparansi (oht), film bingkai (slide)
5.
proyeksi audio visual diam : film bingkai
slide bersuara
6.
Visual gerak : film
bisu
7.
Audio visual gerak : film
gerak bersuara, video/vcd, televisi
8.
obyek fisik : benda nyata, model,
spesimen
9.
manusia dan lingkungan : guru, pustakawan,
laboran
10. komputer : CAI
E.
Arsyad
Mengklasifikasikan media atas empat kelompok :
1.
Media hasil teknologi
cetak,
2.
Media hasil teknologi
audio-visual,
3.
Media hasil teknologi
berbasis komputer, dan
4.
Media hasil gabungan
teknologi cetak dan komputer.
F. Seels dan Glasgow
Membagi
media ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
1.
media tradisional
Pilihan
Media tradisional berupa:
a) Media visual diam tak diproyeksikan dan yang
diproyeksikan
b) Audio
c) penyajian multimedia
d) visual dinamis yang diproyeksikan
e) Media Cetak
f)
Permainan
g) media realita
2.
Media teknologi mutakhir
Pilihan media teknologi mutakhir
berupa:
a)
Media berbasis
telekomunikasi (misal teleconference)
b) Media berbasis mikroprosesor (misal: permainan komputer
dan hypermedia).
G. Gagne
Mengelompokkan media
berdasarkan tingkatan hirarki belajar yang dikembangkannya. Menurutnya, ada 7
macam kelompok media seperti:
1.
Benda untuk didemonstrasikan
2.
Komunikasi lisan
3.
Media cetak
4.
Gambar diam
5.
Gambar gerak
6.
Film bersuara, dan
7.
Mesin belajar
H. Briggs
Mengklasifikasikan media menjadi 13 jenis berdasarkan
kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan media dengan karakteristik siswa. Ketiga
belas jenis media tersebut adalah:
1.
Objek/benda nyata,
2.
Model,
3.
Suara langsung,
4.
Rekaman audio,
5.
Media cetak,
6.
Pembelajaran terprogram,
7.
Papan tulis,
8.
Media transparansi,
9.
Film bingkai,
10. Film (16 mm),
11. Film rangkai,
12. Televisi, dan
13. Gambar (grafis).
I.
Schramm
Melakukan
pengelompokan media berdasarkan tingkat kerumitan dan besarnya biaya. Dalam hal
ini, menurut schramm ada dua kelompok media berdasarkan tingkat kerumitan yaitu
:
1.
Big media (rumit dan
mahal)
2.
little media (sederhana
dan murah).
Sedangkan
pengklasifikasian berdasarkan besarnya biaya yaitu :
1.
Media massal,
2.
Media kelompok, dan
3.
Media individu.
Penutup
Usaha-usaha ke arah pembuatan sistem taksonomi media pembelajaran
telah dilakukan oleh para ahli dengan dasar pertimbangannya masing-masing.
Duncan dan Scrhamm mengelompokkan media berdasarkan kerumitan dan biayaya.
Sedangkan Gagne, Briggs, Edling, dan Allen, membuat taksonomi media dengan
pertimbangan yang lebih berfokus pada proses dan interaksi dalam belajar,
ketimbang sifat medianya sendiri. Rudy Bretz, mengklasifikasikan media
berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual, dan gerak. Klasifikasi
berdasarkan pemanfaatan dan perkembangan teknologi dilakukan oleh Arsyad dan
Seels & Glasgow. Walaupun demikian, belum ada taksonomi media yang baku,
berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem
instruksional (pembelajaran). Pengelompokan media yang sudah ada pada saat ini
dapat memperjelas perbedaan tujuan penggunaan, fungsi dan kemampuannya,
sehingga bisa dijadikan pedoman dalam memilih media yang sesuai untuk suatu
pembelajaran tertentu.
Daftar
Pustaka