“Komponen-komponen
Kurikulum”
Kurikulum
memiliki lima komponen utama,
yaitu : tujuan; materi; strategi pembelajaran;
organisasi kurikulum dan evaluasi. Kelima komponen tersebut memiliki
keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan.
A. Tujuan
Tujuan sebagai sebuah komponen kurikulum adalah
kekuatan-kekuatan fundamental yang peka sekali, karena hasil kurikuler yang
diinginkan tidak hanya mempengaruhi bentuk kurikulum, tetapi memberi arahan dan
fokus untuk seluruh program pendidikan (Zais, 1976 : 297). Hummel (Uyoh
Sadulloh, 1994) mengatakan bahwa tujuan pendidikan secara universal akan
menjangkau tiga jenis nilai utama yaitu:
Ø
Autonomy
Ø
Equity
Ø
Survival
B. Materi Pembelajaran
Dalam
menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan
teori pendidikan dikembangkan. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa
pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik (perenialisme,
essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran menjadi hal
yang utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun secara logis dan
sistematis, dalam bentuk :
1.
Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi
yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala
dengan menspesifikasi hubungan – hubungan antara variabel-variabel dengan
maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
2.
Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari
kekhususan-kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau
gejala.
3.
Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal
yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam
penelitian.
4.
Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada
dalam materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
5.
Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan
dalam materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.
6.
Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap
penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7.
Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan
dalam materi.
8.
Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses
yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.
9.
Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau
pengertian tentang suatu hal/kata dalam garis besarnya.
10.
Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Disamping itu dalam
prakteknya untuk menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal
berikut :
1.
Sahih (valid); dalam arti materi
yang dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan
kesahihannya. Di samping itu, juga materi yang diberikan merupakan materi yang
aktual, tidak ketinggalan zaman, dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke
depan.
2.
Tingkat kepentingan; materi yang dipilih
benar-benar diperlukan peserta didik. Mengapa dan sejauh mana materi tersebut
penting untuk dipelajari.
3.
Kebermaknaan; materi yang dipilih
dapat memberikan manfaat akademis maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu
memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan
lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan manfaat non
akademis dapat mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari.
4.
Layak dipelajari; materi memungkinkan
untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan
tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan
kondisi setempat.
5.
Menarik minat; materi yang dipilih
hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi peserta didik untuk mempelajari
lebih lanjut, menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk
mengembangkan sendiri kemampuan mereka.
Terlepas dari filsafat
yang mendasari pengembangan materi, Terdapat beberapa model dalam susunan
materi pembelajaran :
1.
Sekuens kronologis; susunan materi
pembelajaran yang mengandung urutan waktu.
2.
Sekuens kausal; susunan materi
pembelajaran yang mengandung hubungan sebab-akibat.
3.
Sekuens struktural; susunan materi
pembelajaran yang mengandung struktur materi.
4.
Sekuens logis dan psikologis; sekuensi logis
merupakan susunan materi pembelajaran dimulai dari bagian menuju pada
keseluruhan, dari yang sederhana menuju kepada yang kompleks. Sedangkan sekuens
psikologis sebaliknya dari keseluruhan menuju bagian-bagian, dan dari yang
kompleks menuju yang sederhana. Menurut sekuens logis materi pembelajaran
disusun dari nyata ke abstrak, dari benda ke teori, dari fungsi ke struktur,
dari masalah bagaimana ke masalah mengapa.
5.
Sekuens spiral ; susunan materi
pembelajaran yang dipusatkan pada topik atau bahan tertentu yang populer dan
sederhana, kemudian dikembangkan, diperdalam dan diperluas dengan bahan yang
lebih kompleks.
6.
Sekuens rangkaian ke belakang; dalam sekuens ini
mengajar dimulai dengan langkah akhir dan mundur kebelakang.
7.
Sekuens berdasarkan hierarki
belajar; prosedur pembelajaran dimulai menganalisis tujuan-tujuan
yang ingin dicapai, kemudian dicari suatu hierarki urutan materi pembelajaran
untuk mencapai tujuan atau kompetensi tersebut. Hierarki tersebut menggambarkan
urutan perilaku apa yang mula-mula harus dikuasai peserta didik,
berturut-berturut sampai dengan perilaku terakhir.
C. Strategi Pembelajaran
Strategi sangat berkaitan dengan materi pembelajaran. Secara umum ada 2
materi pembelajaran yaitu :
1.
Pembelajaran yang berpusat pada
Guru
Penyelenggaraan pembelajaran berfokus pada guru merupakan sebuah praktik yang mekanistik dan diredusir
menjadi pemberian informasi. Dalam kondisi ini, guru memainkan peran yang
sangat penting karena mengajar dianggap memindahkan pengetahuan ke orang yang
belajar (pembelajar). Dengan kata lain, penyelenggaraan pembelajaran dianggap sebagai
model transmisi pengetahuan (Tishman, et al., 1993). Dalam model ini,
peran guru adalah menyiapkan dan mentransmisi pengetahuan atau informasi kepada
siswa. Sedangkan peran para siswa adalah menerima, menyimpan, dan melakukan
aktivitas-aktivitas lain yang sesuai dengan
informasi yang diberikan.
2.
Pembelajaran yang berpusat pada
Murid
Peserta
didik secara aktif menentukan materi dan tujuan belajarnya sesuai dengan minat
dan kebutuhannya, sekaligus menentukan bagaimana cara-cara yang paling sesuai
untuk memperoleh materi dan mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik mendapat dukungan dari kalangan rekonstruktivisme
yang menekankan pentingnya proses pembelajaran melalui dinamika kelompok.
Adapun
strategi pembelajaran yang variatif dalam mengimplementasikan Kurikulum
Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa (2003) mengetengahkan lima model pembelajaran
yang dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikukum Berbasis Kompetensi; yaitu :
1. Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching Learning);
2. Bermain
Peran (Role Playing);
3. Pembelajaran Partisipatif (Participative
Teaching and Learning);
4. Belajar
Tuntas (Mastery Learning);
5. Pembelajaran
dengan Modul (Modular Instruction).
D. Organisasi Kurikulum
Beragamnya
pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum memunculkan terjadinya
keragaman dalam mengorgansiasikan kurikulum. Setidaknya terdapat enam ragam
pengorganisasian kurikulum, yaitu:
1.
Model Mata pelajaran terpisah
(isolated subject)
2.
Model Mata pelajaran berkorelasi
3.
Model Bidang studi (broad field)
4.
Model Program yang berpusat pada anak
(child centered)
5.
Model Inti Masalah (core program)
6. Model
Keseimbangan/Ecletic Program
E. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi adalah komponen keempat dari kurikulum. Evaluasi
ditujukan untuk melakukan evaluasi terhadap belajar siswa (hasil dan proses)
maupun keefektifan kurikulum dan pembelajaran.
0 komentar:
Posting Komentar