PEMILIHAN JODOH DAN PERKAWINAN
Dalam memandang proses-proses
percintaan dan pemilihan jodoh, kita melihat bahwa masyarakat luas juga menaruh
perhatian akan hasilnya. Selalu kedua jaringan yang akan menikah dihubungkan
karenanya, dan oleh karena itu juga jaringan-jaringan lain yang lebih jauh
tersangkut. Kedua keluarga itu mempunyai semacam kedudukan dalam sistem lapisan
yang keseimbangannya sebagian yang tergantung kepada siapa menikah dengan
siapa. Perkawinan antara keduanya adalah petunjuk yang terbaik bahwa garis
keluarga yang satu memandang yang lain kira-kira sama secara soial atau
ekonomis.
A. Struktur Prinsip Perkawinan
Pada dasarnya, proses pemilihan jodoh
berlangsung seperti sistem pasar dalam ekonomi. Sistem ini berbeda-beda dari
satu masyarakat ke masyarakat lain, bagaimana peraturan pertukarannya, dan
penilaian yang relatif mengenai berbagai macam kwalitas.
Pada daerah Pinrang ini adat perkawinannya itu keluarga
laki-laki pergi memberitahu keluarga perempuan bahwa proses lamaran ini akan
dilakukan oleh proses-proses perkawinan diantaranya :
ü Ta’aruf
Dimana Ta’aruf
disini keluarga pihak laki-laki ini datang kerumah perempuan untuk bertanya
pada keluarganya apakah perempuan ini tidak ada yang meminangnya.
ü Proses
lamaran
Yaitu keluarga
laki-laki datang kerumah keluarga perempuan untuk memutuskan berapa jumlah uang
belanja yang akan digunakan.
ü Mappettu
ada
Dijelaskan bahwa
keluarga perempuan itu dipanggil semua untuk hadir menyaksikan jumlah uang yang
dibawa pada pihak laki-laki dan barang-barang apa saja yang dibawa oleh pihak
tersebut.
ü Mappacci
Mappacci sendiri
ini dilakukan pada malam resepsi pernikahan untuk membersihkan hati pada
pengantin.
ü Akad
Nikah (Hari Pernikahan)
Yaitu pengantin
laki-laki datang kerumah iman dusun perempuan untuk melakukan prosesi
pernikahan sebagai sahnya untuk menjadi suami dan istri kepada kedua mempelai
dan disini pula laki-laki akan menentukan mahar yang akan diberikan kepada
perempuan dan sahlah sebagai suami istri diantara keduanya.
ü Resepsi
ü Mapparola
Yaitu pengantin
laki-laki yang pertama mendatang i pengantin perempuan demikian pula sebaiknya.
ü Mammatua
Dimaksudkan untuk
pihak perempuan untuk datang kerumah pihak laki-laki untuk pertama kalinya
datang kerumah mertuanya sebagai istri yang sah dari suaminya.
B. Tawar menawar dan Homogamy
Sebelum melihat kenyataannya, perlu
kita tekankan bahwa semua sistem pemilihan jodoh menuju kepada pernikahan
homogamy sebagi hasil proses tawar menawar. Secara umum, ‘jenis cari jenis’
dengan kemungkinan bermacam-macam ciri misalnya saja jika perempuan itu berasal
dari orang kaya, maka keluarganya itu bergabung dengan keluarga-keluarga kaya
lainnya. Dan karena kekayaannya maka keluarga besar dari pihak laki-laki
menganggap bahwa itu yang terbaik sebagai calon menantunya bagi anak laki-laki
mereka begitupun sebaliknya. Begitu juga dengan keluarga yang tinggi atau
berkuasa disekitar daerah bahwa ia menganggap bahwa mereka itu cocok dengannya.
Tetapi banyak juga orang memandang bahwa kekayaan itu hanya untuk semata karena
orang kaya itu tidak memandang masyarakat yang ada disekitarnya.
C. Cinta sebagai Suatu Faktor dalam Perkawinan
Cinta dianggap sebagai suatu ancaman
terhadap sistem stratifikasi pada banyak masyarakat, dan orang-orang tua
memperingatkan untuk tidak menggunakan cinta sebagai dasar pemilihan jodoh.
Tetapi sudah jelas bahwa jika faktor-faktor kekayaan, pekerjaan, kasta umur dan
agama tidak dapat menggantikan cinta, semuanya itu bagaimanapun juga akan mampu
menciptakan ukuran baru yang lebih menyenangkan.
Cinta sebagai elemen dalam pemilihan
jodoh menjadi lebih sering di semua masyarakat di mana asalnya jarang. Tetapi memangnya suatu
pola cinta sudah ada setidak-tidaknya disebagian besar minoritas masyarakat
sebelum perkembangan industrialisasi. Yaitu orang tua ikut serta dalam
soalpenentuan, dan hampir saja dikatakan bebas dalam soal pengaturan keuangan
suatu prekawinan, tetapi orang-orang muda biasa berhubungan sebelum menikah,
dan merea memutuskan untuk menikah dengan siapa mereka jatuh cinta. Jatuh cinta
secara sosial tidak dianggap perlu, tetapi banyak ornag yang menjalankannya,
dan menikah dengan kekasihnya.
Secara umum, keluarga-keluarga dengan
yang sudah bersifat modern lebih sedikit memberikan kebebasan dalam membina
hubungan dengan kekasihnya dari pada keluarga-keluarga yang masih bersikap
kolot atau tradisional yang masih takut membiarkan anak-anak mereka untuk
mencari jodoh sendiri. Dengan pengertian, keluarga yang mempunyai lebih banyak
kekhawatiran akan efek cinta yang dapat
mengacaukan tentunya juga berusaha lebih keras untuk mengendalikannya.
Di daerah Pinrang misalnya, anak-anak
muda sekarang banyak yang menikah tetapi hanya berlandaskan pada kata-kata
cinta walaupun kematangan dalam hidup berumah tangga belum ada sehingga
meningkatnya angka perceraian anak-anak yang masih muda, karena masih
mengedapankan egonya sehingga menyesal di kemudian hari. Seperti yang kita
ketahui orang-orang tua dahulu masih sangat jarang perkawinannya didasari
dengan cinta, mereka tetap menurut untuk dijodohkan, tapi sampai sekarang perkawinan mereka tetap
baik-baik saja walau ada pertengkaran kecil.
Namun cinta tetap penting dalam
pembentukan perkawinan. Cinta itu sesuatu yang harus mendahului perkawinan yang
di lakukan dengan pengenalan walaupun hanya beberapa hari sebelum
berlangsungnya pernikahan.
BENTUK-BENTUK
RUMAH TANGGA
Hampir semua penduduk dunia hidup
dalam unit-unit keluarga, tetapi struktur atau bentuknya bukan saja berbeda
dari satu masyarakat ke masyarakat lain tetapi juga dari satu kelas dengan yang
laindi dalam masyarakat itu sendiri. Perbedaan-perbedaan itu adalah hasil dari sejumlah
faktor kebetulan, keanehan dan yang biasa.
A. Pengertian Bentuk Rumah tangga
Ragam bentuk rumah tangga mempunyai
banyak pengertian bagi interaksi keluarga. Ia membantu mempengaruhi, misalnya kesempatan
berkurang atau bertambah eratnya hubungan sosial antara angota-anggota keluarga,
sanak saudara. Tambahan pula pola stuktur mempertegas proses tekanan dan
penyesuaian diri di antara sanak. Berbagai macam hubungan peran harus diuraikan
secara secera terperinci, jika rumah tangga itu mencakup sana tertentu.
Bentuk-bentuk keluarga yang harus di
perhatikan yaitu keluarga inti terdiri dari suami, istri dan anak-anak mereka.
Rumah tangga itu dapat diperbesar oleh populasi per generasi maupun secar
menyisi (laterally) dengan menambahkan keluarga-keluarga inti lainnya. Sebutan
keluarga yang diperluas (extended family) secara lepas dipergunakan bagi sistem
di mana maasyarakatnyamenginginkan bahwabeberapa generasi itu hidup dibawah
satu atap.
B. Timbulnya Bentuk-bentuk Keluarga
Pada masyarakat
disini seorang lai-laki itu dapat dicela bertindak sesuatu yang tidak benar,
karena mereka itu mengambil beberapa istri padahal masalah kedudukan sosialnya
itu rendah, anak laki-laki menuntut sebagian warisan setelah ayahnya meninggal,
dan ada istri-istri yang mendorongnya berbuat demikian. Kematian menyebabkan
pengurangan jumlah anggota keluarga mereka dalam rumah tangga. Beberapa orang
yang memiliki tanah yang luas atau usaha yang maju dapat memberikan cukup
kesempatan, ekonomi kepada semua anak dan
cucunya, sehingga mereka tinggal dirumah tangga besar setelah menikah.
Pada daerah
Pinrang ini keluarga yang benar-benar merupakan keluarga yang bergabungan
mengkin jarang terdapat karena tentunya harus terdiri pasangan yang dewasa,
anak-anak yang belum menikah, dan anak laki-laki yang telah menikah serta istri
dan anak mereka. Tapi keluarga gabungan ini tidak dapat begitu saja karena
gabungan ini dianggap sebagai suatu mitos karena dimana mungkin karena
dipandang sebagai suatu ideal, orang-orang yang memperoleh kedudukan dan
kekayaan akan mendirikan suatu bentuk rumah tangga yang baik.
C. Keluarga Gabungan di Pinrang
Dimana keluarga gabungan di daerah Pinrang ini dapat
memberikan suatu kepastian atas kemungkinan-kemungkinan itu dan persoalan-persoalan
yang terdapat dalam semua keluarga kerena dimana seperti yang kita kenal bahwa
keluarga gabungan itu didasarkan pada hubungan antara laki-laki yang telah
dewasa, bukan atas hubungan suami istri antara pasangan-pasangan. Ada pula
norma yang mengharuskan seorang laki-laki dewasa memelihara semua orang yang
tergantung padanya, bukan hanya anak-anaknya saja, dan pada daerah ini
timbullah banyak peraturan yang menghalangi masalah kecendrungan umum bagi
suatu keluarga untuk memisahkan diri dan membentuk rumahtangga yang terpisah.
Pada daerah Pinrang ini banyak istri yang tidak mempunyai
keterikatan terhadap unit besar seperi misalnya yang dirasakan suami-suami
mereka, dan dia berpendapat bahwa suami mereka memberikan lebih banyak daripada
apa yang mereka terimah, bahwa anak-anak mereka tidak suatu bagian yang adil.
keluarga gabungan ini akan memelihara orang malas maupun tidak berdaya karena
merekalah yang berkuasa dalam keluarga ini. laki-laki ini mungkin
mempersalahkan istrinya, daripada mengakui bahwa untuk kepentingan pribadi
mereka mau mendirikan rumahtangga agak lama setelah perkawinannya, maka besar
kemungkinan bahwa rumahtangga Ayahnya ketika itu telah bergabung disini dapat
dikatakan bahwa rumahtangga itu berisi dengan beberapa kakak laki-laki yang telah
menikah dan istri-istri mereka bagi yang sudah berkeluarga.
D.Kekuatan-kekuatan Keluarga Besar
Demikialah keluarga besar yang
diperluas tumbuh dan merosot selama bertahun-tahun karena dipengaruhi
kesuburan, perkawinan dan perceraian, kematian, peraturan tempat tinggal, dan
alternatif kesempatan yang terbuka bagi anggota-anggotanya. Kepentingan dapat
ditemukan pada kesempatan yang diberikan dalam keadaan-keadaan tertentu. Karena keluarga besar itu dapat
dipandang sebagai semacam penemuan sosial.
Pertama, keluarga yang diperluas lebih
banyak ditemukan di daerah pedusunan dan bukan daerah industri, karena bentuk
semacam itu dapat memberikan layanan sosial yang biasanya tidak terdapat pada
masyarakat yang yang tidak mempunyai banyak badan dan organisasi khusus. Dengan
kata lain orang-orang yang hidup dalam unit seperti itu dapat meminta bantuan
pada banyak orang lain. Orang-orang jompo, yang cacat, yang sakit merupakan
beban yang tidak terlalu beratbagi keluarga besar daripada bagi suatu keluarga
inti atau suami istri, karena biayanya bagi setiap anggota tidak terlalu besar.
Rumah tangga yang diperluas, sekalipun
dengan menggantikannya, lebih dapat bertahan daripada rumah tangga yang hanya
terdiri dari suami istri. Perorangan datang dan pergi, tetapi kesatuan itu
tetap mempertahankan identitas, milik, dan tanggung jawab kolektifnya. Kematian
atau ketiadaan ibu atau bapak dalam keluarga suami/istri atau keluarga inti
sangat mengganggu atau mungkin juga menghancurkan efektivitasnya.
Keluarga besar lebih dapat mengumpulkan
modal untuk usaha ekonomi penting,
apakah itu mengumpulkan cukup ternak bagi suatu perkawinan, membeli tanah atau
kedudukan ternak.
E. Kekuatan Inti Daerah Pinrang
Disini pada daerah Pinrang tidak ada sistem keluarga
inti, dimana jika istilah itu kita maksudkan suatu sistem dimana kebanyakan
keluarga jarang mengadakan atau sama sekali tidak mengadakan hubungan dengan
sanak saudara mereka yang lebih luas. Karena dimana disini dikatakan sanak
keluarga yang diperluas dan unit keluarga inti mempunyai dasar yang lebih lemah
bagi kontrol sosial satu dengan yang lain, karena mereka tidak dapat memaksakan
persetujuan dengan memberikan imbalan. Berhubung pertukaran yang diperintahkan
itu lebih jarang, dan saling pengawasan lemah, tidak banyak tekanan pasangan
baru untuk bertempat sanak mereka setelah perkawinan.
Istilah ‘conjugal’ dan ‘nurclear’
dapat digunakan silih berganti jika yang dimaksud satuan keluarga itu sendiri,
tetapi istilah’conjugal lebih mengena jika yang dimaksud itu sistem kekurangan
sebagai suatu keseluruhan. Tidak ada sistem keluarga inti, jika dengan istilah
itu kita maksudkan suatu sistem suatu sistem dimana kebanyakan keluarga jarang
mengadakan atau sama sekali tidak mengadakan dengan sanak saudara mereka yang
lebih luas. Tambahan pula, terlihat sekali bahwa banyak dari sanak itu berada
diluar unit conjugalitu tidak dapat begitu saja dijauhi tanpa menjengkelkan
atau menyakiti seseorang di dalam keluarga, sebabnya ialah bahwa setiap orang
di dalam keluarga itu adalah menjadi anggota dua keluarga sekaligus. Seorang
laki-laki tidak boleh mencela kakek neneknya, paman dan bibinya, tanpa
menimbulkan kemarahan ayahnya. Demikian pula ia tidak dapat menunjukkan rasa
permusuhan terhadap saudara sepupunya tanpa pula mencela kakak-kakaknya.
F. Kelemahan-kelemahan Keluarga Besar
Jika rumah tangga keluarga besar
mempunyai keuntungan-keuntungan tetapi tidak umum terdapat di semua masyarakat
karena dimana terdapat garis-garis keturunan yaitu kelompok kesatuan sanak
saudara yang berdasarkan suatu prinsip keturunan, seperti umpamanya
patrilineal, kelompok besar ini masih lebih efektif dari pada suatu keluarga
yang diperluas menurut pola yang sama. Dan juga, keluarga yang diperluas tidak
banyak terdapat pada masyarakat yang mengembangkan organisasi yang tidak
mementingkan perorangan untuk meminjamkan uang, memelihara keamanan, membantu
yang miskin dan menjalankan usaha bersama yang besar.
Mungkin yang terpenting ialah, rumah
tangga besar hanya dapat berdiri bersama selama tanah atau milik lainnya dapat
menunjangnya dan keluarga itu dapat memberikan kesempatan-kesempatan pada
generasi mudanya. Jika rumah tangga keluarga besar itu dapat terus bersatu,
maka akan diperoleh beberapa keuntungan, tetapi tetap tidak dapat mengendalikan
semua faktor dalam masyarakat luas yang memungkinkan untuk tetap bersatu
demikian pula suatu unit keluarga conjugal tanpa kemujuran atau talenta besar
tak mungkin mengumpulkan kekayaan dan kekuasaan politik yang akan diperluas.
Karena itu, kita tidak dapat mengharapkan bahwa pada masyarakat-masyaratakat
yang ada sebagian besar akan merupakan jenis yang diperluas, meskipun
kebanyakan anggota masyarakat bertujuan untuk hidup dalam atau mendirikan
keluarga yang demikian.
G.Dinamika di dalam Rumah tangga Besar
Keluarga tak ubahnya seperti negara.
Ada pimpinan, menteri, rakyat, kebijakan, dan aturan. Layaknya negara, dinamika
politik keluarga pun mesti dinamis. Karena dengan begitulah, keluarga menjadi
hidup, hangat, dan produktif.
Indahnya hidup berkeluarga. Di situlah
orang belajar banyak tentang berbagai hal. Mulai masalah pendidikan, hubungan
sosial antar anggota keluarga, ekonomi, pertahanan, komunikasi, organisasi, dan
politik. Mungkin, itulah sebabnya, orang yang sukses dalam berkeluarga, insya
Allah, akan sukses berkiprah di masyarakat. Bahkan, negara dan dunia.
Ada empat aspek yang selalu muncul
dalam dinamika keluarga. Pertama, tiap anggota keluarga memiliki perasaan dan
idea tentang diri sendiri yang biasa dikenal dengan harga diri atau
self-esteem. Kedua, tiap keluarga memiliki cara tertentu untuk menyampaikan
pendapat dan pikiran mereka yang dikenal dengan komunikasi. Ketiga, tiap
keluarga memiliki aturan permainan yang mengatur bagaimana mereka seharusnya
merasa dan bertindak yang selanjutnya berkembang sebagai sebuah sistem nilai
keluarga. Yang terakhir, tiap keluarga memiliki cara dalam berhubungan dengan
orang luar dan institusi di luar keluarga yang dikenal sebagai jalur ke
masyarakat.
Cuma masalahnya, tidak semua pimpinan
keluarga peka dengan dinamika yang ada. Kadang juga terlalu tegang menyikapi
kesenjangan antara idealita dengan realita. Ketidakpekaan dan ketegangan inilah
yang kerap membuat dinamika keluarga menjadi redup. Para anggota menjadi ikut
kikuk, bungkam, dan takut.
PENUTUP
Cinta sebagai elemen dalam pemilihan
jodoh menjadi lebih sering di semua masyarakat di mana asalnya jarang. Tetapi memangnya suatu
pola cinta sudah ada setidak-tidaknya disebagian besar minoritas masyarakat
sebelum perkembangan industrialisasi. Yaitu orang tua ikut serta dalam
soalpenentuan, dan hampir saja dikatakan bebas dalam soal pengaturan keuangan
suatu prekawinan, tetapi orang-orang muda biasa berhubungan sebelum menikah,
dan merea memutuskan untuk menikah dengan siapa mereka jatuh cinta. Jatuh cinta
secara sosial tidak dianggap perlu, tetapi banyak ornag yang menjalankannya,
dan menikah dengan kekasihnya.
Secara umum, keluarga-keluarga dengan
yang sudah bersifat modern lebih sedikit memberikan kebebasan dalam membina
hubungan dengan kekasihnya dari pada keluarga-keluarga yang masih bersikap
kolot atau tradisional yang masih takut membiarkan anak-anak mereka untuk
mencari jodoh sendiri. Dengan pengertian, keluarga yang mempunyai lebih banyak
kekhawatiran akan efek cinta yang dapat
mengacaukan tentunya juga berusaha lebih keras untuk mengendalikannya.
0 komentar:
Posting Komentar