Kamis, 06 Desember 2012

PEMILIHAN JODOH DAN PERKAWINAN DAERAH PINRANG


PEMILIHAN JODOH DAN PERKAWINAN
Dalam memandang proses-proses percintaan dan pemilihan jodoh, kita melihat bahwa masyarakat luas juga menaruh perhatian akan hasilnya. Selalu kedua jaringan yang akan menikah dihubungkan karenanya, dan oleh karena itu juga jaringan-jaringan lain yang lebih jauh tersangkut. Kedua keluarga itu mempunyai semacam kedudukan dalam sistem lapisan yang keseimbangannya sebagian yang tergantung kepada siapa menikah dengan siapa. Perkawinan antara keduanya adalah petunjuk yang terbaik bahwa garis keluarga yang satu memandang yang lain kira-kira sama secara soial atau ekonomis.
A. Struktur Prinsip Perkawinan
Pada dasarnya, proses pemilihan jodoh berlangsung seperti sistem pasar dalam ekonomi. Sistem ini berbeda-beda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, bagaimana peraturan pertukarannya, dan penilaian yang relatif mengenai berbagai macam kwalitas.
Pada daerah Pinrang ini adat perkawinannya itu keluarga laki-laki pergi memberitahu keluarga perempuan bahwa proses lamaran ini akan dilakukan oleh proses-proses perkawinan diantaranya :
ü Ta’aruf
Dimana Ta’aruf disini keluarga pihak laki-laki ini datang kerumah perempuan untuk bertanya pada keluarganya apakah perempuan ini tidak ada yang meminangnya.
ü Proses lamaran
Yaitu keluarga laki-laki datang kerumah keluarga perempuan untuk memutuskan berapa jumlah uang belanja  yang akan digunakan.
ü Mappettu ada
Dijelaskan bahwa keluarga perempuan itu dipanggil semua untuk hadir menyaksikan jumlah uang yang dibawa pada pihak laki-laki dan barang-barang apa saja yang dibawa oleh pihak tersebut.
ü Mappacci
Mappacci sendiri ini dilakukan pada malam resepsi pernikahan untuk membersihkan hati pada pengantin.
ü Akad Nikah (Hari Pernikahan)
Yaitu pengantin laki-laki datang kerumah iman dusun perempuan untuk melakukan prosesi pernikahan sebagai sahnya untuk menjadi suami dan istri kepada kedua mempelai dan disini pula laki-laki akan menentukan mahar yang akan diberikan kepada perempuan dan sahlah sebagai suami istri diantara keduanya.
ü Resepsi
ü Mapparola
Yaitu pengantin laki-laki yang pertama mendatang i pengantin perempuan demikian pula sebaiknya.
ü Mammatua
Dimaksudkan untuk pihak perempuan untuk datang kerumah pihak laki-laki untuk pertama kalinya datang kerumah mertuanya sebagai istri yang sah dari suaminya.
B. Tawar menawar dan Homogamy
Sebelum melihat kenyataannya, perlu kita tekankan bahwa semua sistem pemilihan jodoh menuju kepada pernikahan homogamy sebagi hasil proses tawar menawar. Secara umum, ‘jenis cari jenis’ dengan kemungkinan bermacam-macam ciri misalnya saja jika perempuan itu berasal dari orang kaya, maka keluarganya itu bergabung dengan keluarga-keluarga kaya lainnya. Dan karena kekayaannya maka keluarga besar dari pihak laki-laki menganggap bahwa itu yang terbaik sebagai calon menantunya bagi anak laki-laki mereka begitupun sebaliknya. Begitu juga dengan keluarga yang tinggi atau berkuasa disekitar daerah bahwa ia menganggap bahwa mereka itu cocok dengannya. Tetapi banyak juga orang memandang bahwa kekayaan itu hanya untuk semata karena orang kaya itu tidak memandang masyarakat yang ada disekitarnya.  
C. Cinta sebagai Suatu Faktor dalam Perkawinan
Cinta dianggap sebagai suatu ancaman terhadap sistem stratifikasi pada banyak masyarakat, dan orang-orang tua memperingatkan untuk tidak menggunakan cinta sebagai dasar pemilihan jodoh. Tetapi sudah jelas bahwa jika faktor-faktor kekayaan, pekerjaan, kasta umur dan agama tidak dapat menggantikan cinta, semuanya itu bagaimanapun juga akan mampu menciptakan ukuran baru yang lebih menyenangkan.
Cinta sebagai elemen dalam pemilihan jodoh menjadi lebih sering di semua masyarakat di  mana asalnya jarang. Tetapi memangnya suatu pola cinta sudah ada setidak-tidaknya disebagian besar minoritas masyarakat sebelum perkembangan industrialisasi. Yaitu orang tua ikut serta dalam soalpenentuan, dan hampir saja dikatakan bebas dalam soal pengaturan keuangan suatu prekawinan, tetapi orang-orang muda biasa berhubungan sebelum menikah, dan merea memutuskan untuk menikah dengan siapa mereka jatuh cinta. Jatuh cinta secara sosial tidak dianggap perlu, tetapi banyak ornag yang menjalankannya, dan menikah dengan kekasihnya.
Secara umum, keluarga-keluarga dengan yang sudah bersifat modern lebih sedikit memberikan kebebasan dalam membina hubungan dengan kekasihnya dari pada keluarga-keluarga yang masih bersikap kolot atau tradisional yang masih takut membiarkan anak-anak mereka untuk mencari jodoh sendiri. Dengan pengertian, keluarga yang mempunyai lebih banyak kekhawatiran  akan efek cinta yang dapat mengacaukan tentunya juga berusaha lebih keras untuk mengendalikannya.
Di daerah Pinrang misalnya, anak-anak muda sekarang banyak yang menikah tetapi hanya berlandaskan pada kata-kata cinta walaupun kematangan dalam hidup berumah tangga belum ada sehingga meningkatnya angka perceraian anak-anak yang masih muda, karena masih mengedapankan egonya sehingga menyesal di kemudian hari. Seperti yang kita ketahui orang-orang tua dahulu masih sangat jarang perkawinannya didasari dengan cinta, mereka tetap menurut untuk dijodohkan,  tapi sampai sekarang perkawinan mereka tetap baik-baik saja walau ada pertengkaran kecil.
Namun cinta tetap penting dalam pembentukan perkawinan. Cinta itu sesuatu yang harus mendahului perkawinan yang di lakukan dengan pengenalan walaupun hanya beberapa hari sebelum berlangsungnya pernikahan.
BENTUK-BENTUK RUMAH TANGGA
Hampir semua penduduk dunia hidup dalam unit-unit keluarga, tetapi struktur atau bentuknya bukan saja berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain tetapi juga dari satu kelas dengan yang laindi dalam masyarakat itu sendiri. Perbedaan-perbedaan itu adalah hasil dari sejumlah faktor kebetulan, keanehan dan yang biasa.
A. Pengertian Bentuk Rumah tangga
Ragam bentuk rumah tangga mempunyai banyak pengertian bagi interaksi keluarga. Ia membantu mempengaruhi, misalnya kesempatan berkurang atau bertambah eratnya hubungan sosial antara angota-anggota keluarga, sanak saudara. Tambahan pula pola stuktur mempertegas proses tekanan dan penyesuaian diri di antara sanak. Berbagai macam hubungan peran harus diuraikan secara secera terperinci, jika rumah tangga itu mencakup sana tertentu.
Bentuk-bentuk keluarga yang harus di perhatikan yaitu keluarga inti terdiri dari suami, istri dan anak-anak mereka. Rumah tangga itu dapat diperbesar oleh populasi per generasi maupun secar menyisi (laterally) dengan menambahkan keluarga-keluarga inti lainnya. Sebutan keluarga yang diperluas (extended family) secara lepas dipergunakan bagi sistem di mana maasyarakatnyamenginginkan bahwabeberapa generasi itu hidup dibawah satu atap.
B. Timbulnya Bentuk-bentuk Keluarga
Pada masyarakat disini seorang lai-laki itu dapat dicela bertindak sesuatu yang tidak benar, karena mereka itu mengambil beberapa istri padahal masalah kedudukan sosialnya itu rendah, anak laki-laki menuntut sebagian warisan setelah ayahnya meninggal, dan ada istri-istri yang mendorongnya berbuat demikian. Kematian menyebabkan pengurangan jumlah anggota keluarga mereka dalam rumah tangga. Beberapa orang yang memiliki tanah yang luas atau usaha yang maju dapat memberikan cukup kesempatan, ekonomi kepada semua anak dan  cucunya, sehingga mereka tinggal dirumah tangga besar setelah menikah.
Pada daerah Pinrang ini keluarga yang benar-benar merupakan keluarga yang bergabungan mengkin jarang terdapat karena tentunya harus terdiri pasangan yang dewasa, anak-anak yang belum menikah, dan anak laki-laki yang telah menikah serta istri dan anak mereka. Tapi keluarga gabungan ini tidak dapat begitu saja karena gabungan ini dianggap sebagai suatu mitos karena dimana mungkin karena dipandang sebagai suatu ideal, orang-orang yang memperoleh kedudukan dan kekayaan akan mendirikan suatu bentuk rumah tangga yang baik.

C. Keluarga Gabungan di Pinrang
Dimana keluarga gabungan di daerah Pinrang ini dapat memberikan suatu kepastian atas kemungkinan-kemungkinan itu dan persoalan-persoalan yang terdapat dalam semua keluarga kerena dimana seperti yang kita kenal bahwa keluarga gabungan itu didasarkan pada hubungan antara laki-laki yang telah dewasa, bukan atas hubungan suami istri antara pasangan-pasangan. Ada pula norma yang mengharuskan seorang laki-laki dewasa memelihara semua orang yang tergantung padanya, bukan hanya anak-anaknya saja, dan pada daerah ini timbullah banyak peraturan yang menghalangi masalah kecendrungan umum bagi suatu keluarga untuk memisahkan diri dan membentuk rumahtangga yang terpisah.
Pada daerah Pinrang ini banyak istri yang tidak mempunyai keterikatan terhadap unit besar seperi misalnya yang dirasakan suami-suami mereka, dan dia berpendapat bahwa suami mereka memberikan lebih banyak daripada apa yang mereka terimah, bahwa anak-anak mereka tidak suatu bagian yang adil. keluarga gabungan ini akan memelihara orang malas maupun tidak berdaya karena merekalah yang berkuasa dalam keluarga ini. laki-laki ini mungkin mempersalahkan istrinya, daripada mengakui bahwa untuk kepentingan pribadi mereka mau mendirikan rumahtangga agak lama setelah perkawinannya, maka besar kemungkinan bahwa rumahtangga Ayahnya ketika itu telah bergabung disini dapat dikatakan bahwa rumahtangga itu berisi dengan beberapa kakak laki-laki yang telah menikah dan istri-istri mereka bagi yang sudah berkeluarga.
D.Kekuatan-kekuatan Keluarga Besar
Demikialah keluarga besar yang diperluas tumbuh dan merosot selama bertahun-tahun karena dipengaruhi kesuburan, perkawinan dan perceraian, kematian, peraturan tempat tinggal, dan alternatif kesempatan yang terbuka bagi anggota-anggotanya. Kepentingan dapat ditemukan pada kesempatan yang diberikan dalam keadaan-keadaan  tertentu. Karena keluarga besar itu dapat dipandang sebagai semacam penemuan sosial.
Pertama, keluarga yang diperluas lebih banyak ditemukan di daerah pedusunan dan bukan daerah industri, karena bentuk semacam itu dapat memberikan layanan sosial yang biasanya tidak terdapat pada masyarakat yang yang tidak mempunyai banyak badan dan organisasi khusus. Dengan kata lain orang-orang yang hidup dalam unit seperti itu dapat meminta bantuan pada banyak orang lain. Orang-orang jompo, yang cacat, yang sakit merupakan beban yang tidak terlalu beratbagi keluarga besar daripada bagi suatu keluarga inti atau suami istri, karena biayanya bagi setiap anggota tidak terlalu besar.
Rumah tangga yang diperluas, sekalipun dengan menggantikannya, lebih dapat bertahan daripada rumah tangga yang hanya terdiri dari suami istri. Perorangan datang dan pergi, tetapi kesatuan itu tetap mempertahankan identitas, milik, dan tanggung jawab kolektifnya. Kematian atau ketiadaan ibu atau bapak dalam keluarga suami/istri atau keluarga inti sangat mengganggu atau mungkin juga menghancurkan efektivitasnya.
Keluarga besar lebih dapat mengumpulkan modal  untuk usaha ekonomi penting, apakah itu mengumpulkan cukup ternak bagi suatu perkawinan, membeli tanah atau kedudukan ternak.
E. Kekuatan Inti Daerah Pinrang
Disini pada daerah Pinrang tidak ada sistem keluarga inti, dimana jika istilah itu kita maksudkan suatu sistem dimana kebanyakan keluarga jarang mengadakan atau sama sekali tidak mengadakan hubungan dengan sanak saudara mereka yang lebih luas. Karena dimana disini dikatakan sanak keluarga yang diperluas dan unit keluarga inti mempunyai dasar yang lebih lemah bagi kontrol sosial satu dengan yang lain, karena mereka tidak dapat memaksakan persetujuan dengan memberikan imbalan. Berhubung pertukaran yang diperintahkan itu lebih jarang, dan saling pengawasan lemah, tidak banyak tekanan pasangan baru untuk bertempat sanak mereka setelah perkawinan.
Istilah ‘conjugal’ dan ‘nurclear’ dapat digunakan silih berganti jika yang dimaksud satuan keluarga itu sendiri, tetapi istilah’conjugal lebih mengena jika yang dimaksud itu sistem kekurangan sebagai suatu keseluruhan. Tidak ada sistem keluarga inti, jika dengan istilah itu kita maksudkan suatu sistem suatu sistem dimana kebanyakan keluarga jarang mengadakan atau sama sekali tidak mengadakan dengan sanak saudara mereka yang lebih luas. Tambahan pula, terlihat sekali bahwa banyak dari sanak itu berada diluar unit conjugalitu tidak dapat begitu saja dijauhi tanpa menjengkelkan atau menyakiti seseorang di dalam keluarga, sebabnya ialah bahwa setiap orang di dalam keluarga itu adalah menjadi anggota dua keluarga sekaligus. Seorang laki-laki tidak boleh mencela kakek neneknya, paman dan bibinya, tanpa menimbulkan kemarahan ayahnya. Demikian pula ia tidak dapat menunjukkan rasa permusuhan terhadap saudara sepupunya tanpa pula mencela kakak-kakaknya.
F. Kelemahan-kelemahan Keluarga Besar
Jika rumah tangga keluarga besar mempunyai keuntungan-keuntungan tetapi tidak umum terdapat di semua masyarakat karena dimana terdapat garis-garis keturunan yaitu kelompok kesatuan sanak saudara yang berdasarkan suatu prinsip keturunan, seperti umpamanya patrilineal, kelompok besar ini masih lebih efektif dari pada suatu keluarga yang diperluas menurut pola yang sama. Dan juga, keluarga yang diperluas tidak banyak terdapat pada masyarakat yang mengembangkan organisasi yang tidak mementingkan perorangan untuk meminjamkan uang, memelihara keamanan, membantu yang miskin dan menjalankan usaha bersama yang besar.
Mungkin yang terpenting ialah, rumah tangga besar hanya dapat berdiri bersama selama tanah atau milik lainnya dapat menunjangnya dan keluarga itu dapat memberikan kesempatan-kesempatan pada generasi mudanya. Jika rumah tangga keluarga besar itu dapat terus bersatu, maka akan diperoleh beberapa keuntungan, tetapi tetap tidak dapat mengendalikan semua faktor dalam masyarakat luas yang memungkinkan untuk tetap bersatu demikian pula suatu unit keluarga conjugal tanpa kemujuran atau talenta besar tak mungkin mengumpulkan kekayaan dan kekuasaan politik yang akan diperluas. Karena itu, kita tidak dapat mengharapkan bahwa pada masyarakat-masyaratakat yang ada sebagian besar akan merupakan jenis yang diperluas, meskipun kebanyakan anggota masyarakat bertujuan untuk hidup dalam atau mendirikan keluarga yang demikian.
G.Dinamika di dalam Rumah tangga Besar
Keluarga tak ubahnya seperti negara. Ada pimpinan, menteri, rakyat, kebijakan, dan aturan. Layaknya negara, dinamika politik keluarga pun mesti dinamis. Karena dengan begitulah, keluarga menjadi hidup, hangat, dan produktif.
Indahnya hidup berkeluarga. Di situlah orang belajar banyak tentang berbagai hal. Mulai masalah pendidikan, hubungan sosial antar anggota keluarga, ekonomi, pertahanan, komunikasi, organisasi, dan politik. Mungkin, itulah sebabnya, orang yang sukses dalam berkeluarga, insya Allah, akan sukses berkiprah di masyarakat. Bahkan, negara dan dunia.
Ada empat aspek yang selalu muncul dalam dinamika keluarga. Pertama, tiap anggota keluarga memiliki perasaan dan idea tentang diri sendiri yang biasa dikenal dengan harga diri atau self-esteem. Kedua, tiap keluarga memiliki cara tertentu untuk menyampaikan pendapat dan pikiran mereka yang dikenal dengan komunikasi. Ketiga, tiap keluarga memiliki aturan permainan yang mengatur bagaimana mereka seharusnya merasa dan bertindak yang selanjutnya berkembang sebagai sebuah sistem nilai keluarga. Yang terakhir, tiap keluarga memiliki cara dalam berhubungan dengan orang luar dan institusi di luar keluarga yang dikenal sebagai jalur ke masyarakat.
Cuma masalahnya, tidak semua pimpinan keluarga peka dengan dinamika yang ada. Kadang juga terlalu tegang menyikapi kesenjangan antara idealita dengan realita. Ketidakpekaan dan ketegangan inilah yang kerap membuat dinamika keluarga menjadi redup. Para anggota menjadi ikut kikuk, bungkam, dan takut.
PENUTUP
Cinta sebagai elemen dalam pemilihan jodoh menjadi lebih sering di semua masyarakat di  mana asalnya jarang. Tetapi memangnya suatu pola cinta sudah ada setidak-tidaknya disebagian besar minoritas masyarakat sebelum perkembangan industrialisasi. Yaitu orang tua ikut serta dalam soalpenentuan, dan hampir saja dikatakan bebas dalam soal pengaturan keuangan suatu prekawinan, tetapi orang-orang muda biasa berhubungan sebelum menikah, dan merea memutuskan untuk menikah dengan siapa mereka jatuh cinta. Jatuh cinta secara sosial tidak dianggap perlu, tetapi banyak ornag yang menjalankannya, dan menikah dengan kekasihnya.
Secara umum, keluarga-keluarga dengan yang sudah bersifat modern lebih sedikit memberikan kebebasan dalam membina hubungan dengan kekasihnya dari pada keluarga-keluarga yang masih bersikap kolot atau tradisional yang masih takut membiarkan anak-anak mereka untuk mencari jodoh sendiri. Dengan pengertian, keluarga yang mempunyai lebih banyak kekhawatiran  akan efek cinta yang dapat mengacaukan tentunya juga berusaha lebih keras untuk mengendalikannya.

0 komentar:

Posting Komentar